Donggala, Zona Sulawesi – Kewajiban perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar merupakan sebuah keharusan yang menjadi tanggungjawab setiap perusahaan, salah satunya tanggung jawab sosial terhadap kondisi sungai yang mengalami pendangkalan. Di desa Loli Oge, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, kondisi sungai yang berbatasan dengan Kelurahan Watusampu kota Palu telah mengalami pendangkalan yang cukup parah,akibatnya saat musim penghujan terjadi akan mengalami luapan air yang cukup besar d badan sungai.
Untuk itulah, Kepala Desa Loli Oge, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Gatot ,mengambil langkah inisiatif , pihak desa mengeluarkan surat permohonan normalisasi badan sungai Walla yang ditujukan kepada perusahaan disekitar badan sungai. Merespon surat kepala desa Loli Oge,pihak managemen PT Sinar Mutiara Megalindo ( SMM) langsung menurunkan alatnya untuk melakukan normalisasi.
Dengan mengerahkan alat berat jenis Eksavator , operator dari PT SMM melakukan pengerukan sedimentasi material dibahu sungai dengan menata daerah aliran sungai ( DAS).
” Sesuai permintaan desa,kami lakukan normalisasi dibadan sungai yang telah memiliki sedimentasi yang menghawatirkan, artinya saat musim penghujan berpotensi menjadi luapan air,” ujar Senior Frontman PT SMM,Finduan.
Masih menurut Finduan, PT Sinar Mutiara Megalindho mempergunakan dana CSR untuk melakukan pengerukan dan penataan kembali badan sungai.
“Semua operasional dalam kegiatan ini diambil dari pos anggaran CSR milik perusahaan , kami bangga bisa membantu masyarakat untuk mencegah banjir sejak dini dengan melakukan normalisasi,” pungkasnya.
Direktur Utama PT Sinar Mutiara Megalithindo H.Abdul Kadir Mahmud kepada sejumlah wartawan mengatakan bahwa pihaknya dalam berusaha bukan saja mengejar keuntungan perusahaan tetapi juga fokus kepada persoalan kemasyarakatan dan sosial. Untuk itulah pihaknya merespon positif permohonan warga yang diwakili kepala desa Loli Oge tersebut.
Ditempat terpisah, Kepala Desa Loli Oge,Gatot membenarkan jika pihaknya selalu pemerintah desa meminta bantuan perusahaan untuk melakukan normalisasi sungai Walla dikarenakan tidak memiliki pos anggaran untuk melakukan penataan badan sungai tersebut.
“Kami yang meminta perusahaan melakukan pengerukan sedimentasi material dibadan sungai, sudah dangkal sekali badan sungai oleh material pasir dan batu yang dibawa banjir, kami menyurat resmi ke sejumlah pihak ,” jelas Gatot , 29 Maret 2024 silam.
Harapannya, kedepan pihak pemerintah khususnya Balai Pelaksana Jalan Nasional Sulawesi Tengah dapat memberikan ijin untuk pihak desa dan perusahaan untuk mengeruk material yang menumpuk dibawah perlintasan jembatan perbatasan Watusampu kota Palu dengan Desa Loli Oge Donggala.
“Kami berharap dapat ijin untuk mengeruk material yang telah menjadi sedimentasi di bawah jembatan perbatasan itu,karena kalo dibiarkan menumpuk maka akan menyumbat kolong jembatan dan berpotensi banjir bandang di jembatan pembatas tersebut,” ucapnya.
Wawan, salah satu warga yang berdomisili disekitar badan sungai yang mengalami pendangkalan menyetujui usaha yang dilakukan. Perusahaan atas permintaan desa untuk melakukan normalisasi sungai.
“Secara pribadi saya sangat menghargai upaya pemerintah desa untuk mengantisipasi pendangkalan sungai, juga apresiasi kepada perusahaan yang mau bermitra dengan perusahaan dalam melakukan kerja sosial tersebut.*