Scroll Untuk Membaca Artikel

Daerah

Dialog Moderasi Beragama “Jalan Harmoni Nusantara” Memikat Ratusan Pemuda di Palu

3940
×

Dialog Moderasi Beragama “Jalan Harmoni Nusantara” Memikat Ratusan Pemuda di Palu

Sebarkan artikel ini

Palu, Zona Sulawesi – Ratusan santri, pelajar, dan aktivis pemuda di Kota Palu secara antusias mengikuti kegiatan dialog moderasi beragama dengan tema “Jalan Harmoni Nusantara.” Pada Jumat malam (1/12/2023),

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Palu dan Jaringan Penggerak Moderasi Beragama Nusantara (JPMBN) Sulteng, yang diselenggarakan di Palu Golden Hotel.

Ketua KNPI Palu, Muh Sidiq Djatola, menekankan esensi moderasi beragama sebagai pandangan yang mencerahkan dalam menghadapi keberagaman antarumat beragama.

Konsep ini, menurutnya, dapat diimplementasikan oleh umat Islam tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan sehari-hari.

“Tujuan utama kegiatan ini adalah sebagai sarana edukasi bagi pemuda, santri, dan pelajar. Kita tidak boleh menganggap pemahaman dan keyakinan kita lebih benar dari orang lain hanya karena perbedaan.” Jelasnya.

Ia merinci bahwa istilah moderasi muncul sebagai respons terhadap fenomena dua kutub pemikiran, yakni ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Ekstrem kanan seringkali mengkafirkan orang lain, sementara ekstrem kiri mencirikan kelompok liberal.

Dengan memperkenalkan konsep moderasi beragama, Sidiq berharap generasi muda di Palu tidak terperangkap dalam kedua pemahaman tersebut. Moderasi beragama diharapkan dapat membimbing mereka untuk bersikap toleran dalam menjalankan ajaran agama masing-masing.

Sidiq menyoroti pentingnya dialog moderasi beragama di era globalisasi, di mana informasi mudah diperoleh, dan hate speech serta justifikasi bertebaran di media sosial.

Mewakili Gubernur Rusdy Mastura, Kadispora Sulteng, Irvan Aryanto, memberikan apresiasi terhadap kegiatan KNPI Palu yang berhasil mengumpulkan ratusan pemuda dari berbagai lapisan masyarakat.

Irvan mengungkapkan bahwa hubungan Dispora Sulteng dengan kelompok kepemudaan mengalami renggang, dan ia berharap melalui kegiatan KNPI Palu, silaturahmi dapat diperkuat kembali.

“Saya berharap kegiatan kepemudaan seperti ini terus berlanjut. Komunikasi kami terputus dengan kawan-kawan pemuda, terutama di tingkat provinsi. Dialog ini menjadi sarana bagi kami untuk membangun kembali silaturahmi,” ujar Irvan.

Dalam dialog ini, KNPI Palu mengundang sejumlah narasumber, antara lain Rais Syuriah PBNU Prof KH Zainal Abidin, Kakanwil Kemenag Sulteng Ulyas Taha, dan Kadis Kominfosantik Sulteng Sudaryano Lamangkona.

Pengenalan konsep moderasi beragama dimulai dengan pemaparan dari Rais Syuriah PBNU, Prof KH Zainal Abidin, mengenai Islam wasathiyah.

Zainal menjelaskan bahwa Islam wasathiyah menjadi landasan moderasi beragama, menekankan keseimbangan dan kesederhanaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk praktik keagamaan, keyakinan, dan interaksi dengan sesama.

“Islam wasathiyah adalah Islam yang menghargai toleransi, keterbukaan, dan menghormati pendapat yang berbeda,” terang Zainal.

Ia menegaskan bahwa moderasi beragama tidak berarti merendahkan nilai akidah. Lebih kepada sikap dan perilaku beragama tanpa mengubah substansi ajaran agama itu sendiri.

Zainal menyoroti aspek utama dalam praktik moderasi beragama, yaitu menghargai perbedaan.

“Seandainya Tuhan menginginkan satu agama, maka hanya akan ada satu agama di dunia ini. Tetapi Tuhan menciptakan banyak agama,” ungkap Zainal, merujuk pada Surah Yunus ayat 99.

Menurutnya, moderasi beragama mengajarkan sikap toleransi terhadap keyakinan dan praktik keagamaan orang lain sebagai ketetapan Allah SWT.

Zainal mengakui bahwa banyak orang cenderung menonjolkan perbedaan secara berlebihan, padahal semua agama memiliki lebih banyak persamaan daripada perbedaannya.

“Melalui penelitian, saya menemukan bahwa persamaan agama jauh lebih banyak daripada perbedaannya. Sayangnya, terkadang kita terlalu menonjolkan perbedaan antara satu agama dengan agama lain, padahal perbedaannya sangat kecil,” jelasnya.

Oleh karena itu, Zainal menganggap penting untuk memahami dan menerapkan moderasi beragama guna menciptakan kehidupan yang harmonis, di tengah keragaman.

Acara dialog yang berlangsung lebih dari satu jam ditutup dengan deklarasi Gerakan Moderasi Beragama Sulawesi Tengah.

Peserta secara bersama-sama mengucapkan ikrar untuk menjaga empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) serta menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.