Scroll Untuk Membaca Artikel

DimensiZONA Parigi Moutong

Pemanfaatan Limbah Jambu Mete yang Tak Bisa Dianggap Sepele

1941
×

Pemanfaatan Limbah Jambu Mete yang Tak Bisa Dianggap Sepele

Sebarkan artikel ini
Ketua Kelompo Mete Marasa Palasa, Maspa saat menunjukkan produksi abon jambu mete hasil pemanfaatan limbah buah semu. Foto : ZonaSulawesiid.

Parigi Moutong, Zona Sulawesi Mentari mulai meninggi di tepian bumi. Kumandang adzan terdengar dari arah barat, suara itu bersumber dari masjid Nurul Fallah, Desa Palasa, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Waktu menunjukkan pukul 11.53 wita, selepas shalat, kaki melangkah pergi mengendarai sepeda motor untuk menepati janji.

Meski terik menyenggat hingga ke pori-pori. Namun, semangat begitu berapi-api. Jarak yang ditempuh ke lokasi produksi salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terletak di Desa Beau, Kecamatan Palasa,  sekitar 5 kilometer.

Ketika sampai di tujuan, sosok wanita berusia 47 tahun menyambut dengan senyum manis. Maspa yang merupakan Ketua Kelompok Mete Marasa Palasa begitu humoris. Awal pertemuan dibalut dengan canda tawa yang bermuara pada keakraban.

Maspa bercerita saat dirinya melewati perkebunan yang ramai dengan pohon jambu mete. Nampak, limbah jambu mete atau biasa disebut buah semu berserakan di tanah dan menimbulkan bau tak sedap.

Berangkat dari keresahan inilah mendorong kesadaran seorang wanita yang berprofesi sebagai guru di SMP Negeri 1 Palasa ini. Maspa dengan berani melangkah untuk berinovasi menciptakan kreasi yang tak pernah terpikirkan kaum perempuan lain. Sehingga, patut untuk diapresiasi.

Sebab, secara umum pekebun lebih sering memetik buah jambu mete untuk mengambil bijinya saja, karena biji jambu mete memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran. Harganya pun mulai dari Rp 10.000 ribu sampai Rp 15.000 ribu perkilo. Karena biji jambu mete biasanya di pakai pada kue kering.

Dalam benaknya terbesit pertanyaan. Sebaiknya di olah menjadi apa buah semu yang berhamburan dan tidak memiliki nilai ?

Limbah Buah Semu Menjadi Bernilai

Nah, di tangan Kelompok Mete Marasa Palasa, buah semu yang kerapkali dibuang oleh pekebun itu disulap menjadi industri makanan yang memiliki nilai rupiah.

Menariknya, pemanfaatan limbah menjadi produk makanan di wilayah Kabupaten Parigi Moutong hanya dilakukan oleh Maspa bersama empat anggota kelompok Abon Mete Marasa Palasa.

“Alhamdulillah, kami satu-satunya UMKM yang menggunakan limbah. Bagaimana caranya itu limbah bisa digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata Maspa.

Apalagi, menurut Maspa, sebanyak 11 desa di Kecamatan Palasa memiliki lahan perkebunan seluas 435.000 hektare. Nah, 64.000 hektare adalah perkebunan jambu mete.

“Karena saya berpikir Kecamatab Palasa terdiri dari 11 desa. Sebanyak 435.000 lahan perkebunan, diantaranya 64.000 lahan di tanami jambu mete. Bagaimana itu tidak digunakan. Toh, selama ini yang digunakan hanya bijinya sementara buah semu hanya dibuang, maka jadi limbah berserahkan dimana-dimana,” ujarnya.

“Jambu mete itu karena tumbuhan di daerah kering. Kenapa jambu mete itu banyak di Kecamatan Palasa karena Kecamatan Palasa termasuk daerah kering yang lebih banyak. Maka di tanamilah jambu mete di lahan-lahan kritis yang tidak bisa ditumbuhi taman holticultura,” tambah Maspa.

Ia menganggap buah semu tidak memiliki racun karena menjadi makanan hewan ternak. Meskipun, buah semu memiliki rasa sepat dan gatal. Tapi, Maspa berupaya untuk mencari solusi menghilangkan masalah ini dengan menonton video di YouTube.

Maspa kemudian memperoleh metode menghilangkan rasa sepat buah semu. Pengetahuan itu menjadi tahap awal mengolah buah semu hingga menjadi Abon Jambu Mete.

Cara menghilangkan rasa kurang enak pada buah semu yakni dengan melakukan perendaman 2×24 jam. Pertama, buah semu direndam bersama kapur sirih selama 24 jam. Kedua, buah semu dilarutkan dengan NaCl atau garam.

Berikutnya, buah semu dibersihkan menggunakan air tanpa campuran apapun. Setelah itu, dilakukan perebusan terhadap buah semu selama 15 menit, seusai di rebus, maka kulit buah semu harus di kupas agar mudah dilumatkan.

Sesudah itu, buah semu dihaluskan dengan menggunakan blender. Kemudian, dilakukan penjemuran kurang lebih 2 jam lamanya, hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air buah semu. Jika kadar air buah semu tinggi, maka proses memasak akan memakan waktu 4 jam. Sedangkan, kadar air yang rendah hanya perlu menunggu selama 1 jam saja untuk memasak buah semu.

Sehingga dibutuhkan waktu 2 hari untuk sekali produksi abon jambu mete.

Tidak ketinggalan juga. Rempah-rempah seperti cabai, bawang putih, bawang merah, asam jawa, jahe, kunyit, lengkuas, daun salam, sre, daun jeruk, gula merah, asam jawa, ketumbar dan garam di masak bersamaan dengan buah semu. Dengan begitu, buah semu yang sudah menjadi abon itu memiliki rasa spesial.

Maspa juga memastikan bahwa produk UMKM dari Kelompok Mete Marasa Palasa sama sekali tidak menggunakan penyedap rasa buatan. Semuanya, kata dia, serba alami. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir mengkonsumsi Abon Jambu Mete.

Untuk mencapai 1 kilogram produksi abon jambu mete, Maspa bersama anggota kelompoknya membutuhkan sebanyak 30 buah semu ukuran kecil. Sedangkan untuk buah semu berukuran besar hanya diperlukan 22 buah semu. Ia memperkirakan 6-7 kilogram buah semu untuk memproduksi 1 kilogram abon jambu mete.

“Kami memproduksi abon jambu mete dalam sebulan bisa memakai 60 kilogram buah semu sehingga menghasilkan sekitar 10 kilogram abon jambu mete,” tuturnya.

Agar bisa mendapatkan pelanggan, Maspa memasarkan abon jambu mete dengan memanfaatkan media sosial berupa Facebook. Hasil jepretan abon jambu mete dalam kemasan dari gawainya akan di posting dan menunggu warganet memberikan komentar untuk memasan.

Biasanya, kata Maspa, pelanggannya masih berasal dari daerah Kecamatan Palasa. Tak hanya itu, abon jambu mete juga di minati oleh pejabat di lingkuyp pemerintahan Kabupaten Parigi Moutong.

“Alhamdulillah yang biasa memesan abon jambu mete ini kepala dinas di Parigi sana, jadi abon kamu juga sudah terkenal sampai ke Parigi sana dan InshaAllah akan banyak peminat lagi kedepannya,” ucap Maspa sambil tersenyum.

Selain memasarkan melalui media sosial, Maspa juga mengaku sering menawarkan abon jambu mete secara langsung kepada calon konsumen. Ia akan meminta pendapat terhadap calon pembeli dengan merasakan abon jambu mete. Justru banyak calon pembeli terkejut kalau limbah buah semu ternyata bisa di olah menjadi makanan yang lezat dan kaya akan manfaat.

“Kemudian face to face atau secara langsung. Jadi saya biasa suruh rasa orang dulu. Bahkan saya sampaikan kepada mereka, percaya tidak jambu mete bisa di bikin makanan. Mereka bilang tidak enak dan sebagainya, tapi saya suruh coba untuk makan abon jambu mete. Itu banyak yang kaget kalau buah semu bisa di olah jadi abon jambu mete,” ungkapnya.

Abon jambu mete ini memiliki tekstur yang lembut. Hasil paduan rempah-rempah yang dibalut bersama abon jambu mete memberikan rasa sedikit asam dan pedas sehingga mengundang keinginan untuk terus mengunyah abon jambu mete tersebut.

Bahkan, saking lezatnya, konsumen akan kesulitan membedakan rasa abon jambu mete dan abon ikan.

Disamping itu juga, abon jambu mete memiliki manfaat untuk kesehatan.

Abon jambu mete dalam kemasan yang merupakan produk Kelompok Mete marasa Palasa. Foto : Istimewa.

Manfaat Abon Jambu Mete untuk Kesehatan

  1. Mencegah Kanker
  2. Menyuburkan rambut dan dapat menghitamkan rambut
  3. Menguatkan tulang
  4. Bisa digunakan untuk program diet
  5. Meningkatkan sistem imun tubuh
  6. Mencegah anemia
  7. Menambah daya tahan pria

Ke tujuh manfaat itu merupakan catatan Kelompok Mete Marasa Palasa. Demikian manfaat yang akan didaptkan oleh konsumen yang ingin menikmati abon jambu mete.

Sebab, jambu mete yang bernama latin Anacardium Occidentale mengandung gizi sebagai berikut :

  1. Vitamin C
  2. Air 84-90 %
  3. Lemak 0,02-0,5 gram
  4. Protein 0,1-0,9 gram
  5. Kabohidrat 0,8-2 gram
  6. Kalsium 0,1-2 gram
  7. Posfor 0,2-19,9 miligram
  8. Gula reduksi 6,7-10,6 %.

Oleh karena itu, limbah jambu mete ketika menjadi abon jambu mete tak bisa dianggap sepele.

Baca juga : Sering jadi Kata Umpatan, Ini Makna ‘Esio’ Menurut Peneliti BRIN