Scroll Untuk Membaca Artikel

Dimensi

Memaknai Kepahlawanan Tombolotutu bagi Generasi Muda Sulawesi Tengah

478
×

Memaknai Kepahlawanan Tombolotutu bagi Generasi Muda Sulawesi Tengah

Sebarkan artikel ini
Fadel SP. Foto : Pribadi

Oleh : Fadel SP.

 

Ada yang spesial di hari Pahlawan 10 November tahun ini, khususnya bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah lebih terkhusus lagi bagi masyarakat Kabupaten Parigi Moutong.

Pasalnya, menjadi catatan sejarah ada tokoh daerah dari daerah tercinta ini yang dinobatkan oleh negara menjadi pahlawan nasional.

Melalui penetapan gelar pahlawan nasional sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 109/TK/2021 tentang penganugerahan pahlawan nasional akhirnya resmi Tombolotutu diangkat menjadi salah satu pahlwan nasional Republik Indonesia.

Dilansir dari laman Wikipedia.org dinyatakan bahwa hari Pahlawan adalah hari nasional yang bukan hari libur dan diperingati setiap tanggal 10 November setiap tahunnya.

Pada 10 November itu untuk memperingati Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945, dimana pada saat itu, para tentara dan milisi Indonesia yang pro-kemerdekaan berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia.

Sehingga melalui Keppres No 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, ditetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Lantas, apa sebenarnya makna dari penganugerahan gelar pahlawan tersebut ?

Apakah hanya terhenti sampai pada rasa kebanggan semata (euphoria) dan pengabadian nama Tombolotutu dalam sebuah nama jalan atau simbol patung seperti yang direncanakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Palu.

Bagi penulis, Tombolotutu memang pantas mendapatkan penghargaan oleh negara tersebut, apalagi setelah membaca catatan sejarah yang ditorehkannya yang telah diteliti, dikaji oleh tim peneliti dari berbagai akademisi sejarah.

Sebenarnya makna penganugerahan Tombolotutu sebagai Pahlawan Nasional haruslah menjadi catatan penting bagi kita sebagai anak bangsa khususnya generasi muda daerah Prrovinsi Sulawesi Tengah.

Generasi muda yang menjadi tonggak penting pembangunan bangsa haruslah mengambil saripati dari perjuangan Tombolotutu yang sangat heroik tersebut.

Penulis mengambil dua poin penting saripati makna dari perjuangan Tombolotutu yang tertulis dalam catatan sejarah dalam buku Bara Perlawanan Teluk Tomini karya Lukman Nadjamuddin dkk.

Sketsa foto yang mengambarkan Tombolotutu. Foto : Istimewa

Pertama , Jiwa Kepemimpinan Tangguh Berkharisma

Perlawanan Tombolotutu terhadap penjajah Belanda pada saat itu tampak hal ini diakibatkan oleh penguasaan Sumber Daya Alam (SDA) seperti eksploitasi emas di daerah Moutong.

Dalam catatan Lukman Nadjamuddin disampaikan bahwa Kurais D. P. Masulili menyebutkan, jiwa kepahlawanan Tombolotutu sudah tampak sejak belia. Begitu juga dengan karakter kepemimpinannya yang selalu tercermin dalam aktivitas keseharian, terutama saat berdomisili di Molosipat.

Catatan sejarah tersebut menggambarkan bahwa jiwa kepahlawanan haruslah dapat menjadi inspirasi kita semua khususnya generasi muda daerah Sulawesi Tengah.

Jiwa kepahlawanan tersebut haruslah didasari karakter kepemimpinan yang tangguh.

Dalam website enterpreneur menyebutkan salah satu karakter kepemimpinan utama yang WAJIB dimiliki oleh setiap pemimpin agar menjadi pemimpin yang tangguh, yakni mempunyai kharismatik sehingga dipercaya oleh masyarakat.

Tombolotutu sudah membuktikan kepahlawanannya mempunyai karakter pemimpin tangguh berjiwa kharismatik tersebut.

Meskipun mendapat intervensi pemerintah kolonial terutama oleh E. J. Jellesma, Residen Manado yang melakukan penolakan terhadap pengukuhan Tombolotutu  sebagai Raja Moutong menggantikan Pondatu, dan lebih memilih Daeng Malino yang dilantik setelah menandatangani kontrak politik, namun sejak awal, banyak yang meragukan legitimasi Daeng Malino dalam menduduki tahta, sebaliknya cenderung melegitimasi Tombolotutu yang selalu mendapat dukungan kuat dari “arus bawah”, karena sejalan dengan masyarakat atas penolakan terhadap sejumlah kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda (Lukman Nadjamuddin,2021).

Kedua, Komitmen Dalam Berjuang

Masih dalam catatan Lukman Nadjamuddin dimana disebutkan bahwa dalam Koloniaal Verslag over het jaar 1901-1902 dijelaskan, Tombolotutu tidak puas terhadap situasi sosial, politik, dan ekonomi akibat intervensi Belanda. Begitu juga dengan pembagian tanah-tanah pasini, yang diubah menjadi lahan eksploitasi pertambangan oleh perusahaan besar di bawah kendali Belanda. Bagi Tombolotutu, tidak ada pilihan kecuali mengibarkan bendera perlawanan kepada Belanda dan berkomitmen mempertahankan Moutong sebagai kerajaan yang merdeka dari dominasi kolonial.

Menjelang dekade akhir abad XIX, situasi Moutong makin sukar ke luar dari tekanan Belanda. Saat kontrak perjanjian tahun 1897 dibuat, Moutong tidak bebas menentukan nasib sendiri, melainkan ditentukan oleh Hindia Belanda, bahkan suksesi kekuasaan Kerajaan Moutong menjadi bagian dari hegemoni Hindia Belanda. Dukungan Belanda kepada Daeng Malino, ekploitasi emas, dan pengusaan sumber daya alam menjadi alasan utama timbulnya perlawanan Tombolotutu.

Komitmen dalam berjuang telah dicontohkan Tomnbolotutu dalam perjuangannya melawan Kolonialisme Belanda pada saat itu, hal ini juga perlu menjadi inspirasi kita sebagai generasi muda daerah yang hidup di bumi Tadulako.

Menurut KBBI online, komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak.

Pengertian dari komitmen ini mampu menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan orang yang bersangkutan untuk menuju sebuah tujuan yang ingin dinikmati. Dimana kakinya bisa berdiri, menikmati hasil langkah demi langkah yang telah ditempuh melewati jembatan panjang untuk tiba di tempat tersebut.

Generasi muda haruslah mempunyai jiwa komitmen, sungguh – sungguh dalam berjuang demi menggapai cita – cita agar kelak bias berguna untuk berbakti kepada keluarga, lingkungan sekitar maupun agama, bangsa dan negara.

Demikian dua saripati makna kepahlawanan Tombolotutu yang perlu kita jadikan catatan penting sebagai inspirasi kita semua generasi muda.

Jiwa Kepemimpinan yang berkharisma serta komitmen dalam berjuang adalah dua modal penting bagi generasi yang pada tahun 2045 menjadi bonus bagi bangsa ini dalam bonus demografi.

Sudah saatnya generasi muda berani mengambil peran untuk memimpin mulai dari memimpin keluarga, organisasi atau lembaga bahkan memimpin daerah.

Menjadi pemimpin tidak asal memimpin, perlu jiwa kharismatik dan komitmen agar bermanfaat untuk masyarakat khususnya orang yang dipimpin, dan hal inilah yang telah dicontohkan oleh pahlawan nasional kita “Tombolotutu” . Do’a dan Alfatihah untuk beliau dan pahlawan nasional lainnya. Amiiin….

 

Penulis adalah Pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) Tinombo Mombaca, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong