Scroll Untuk Membaca Artikel

Dimensi

Tiga Malam Di Rumah Sakit

502
×

Tiga Malam Di Rumah Sakit

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi penampakan hantu.

Zona Sulawesi – Hai sahabat zoners, kali ini kami akan menyajikan sebuah cerita mistis lainnya untuk menghibur malam kalian. Kisah ini juga dikutip dari Instagram @horor_indonesia_seram, silahkan membaca.

Cerita ini terinspirasi dari video yang sempat viral di tiktok…

Rumah Sakit Terbengkalai

“Terminal ! Terminal! Yang turun Pati!”
Teriakan kernet bus membangunkanku yang sudah terlelap sepanjang perjalanan dari Bandung ke sebuah kota di Jawa Tengah.
“Pati Bang!” Teriaku memberi isyarat kepada kernet bus dan mempersiapkan barang bawaanku.

Bukanya tanpa alasan aku melakukan perjalanan jauh dari Bandung ke kota kecil di Jawa tengah ini. Sebuah kabar dari temanku yang di sudah lama dirawat di Rumah sakit membuatku menyempatkan diri untuk menjenguknya.

Menjelang malam , Bis antar kota yang kunaiki segera menurunkanku di sebuah terminal dan langsung melanjutkan perjalananya lagi. Wajar saja, bis yang kunaiki tersebut adalah bis jurusan ke Jawa Timur.

Mereka masih harus mengejar trayek mereka untuk sampai di tujuanya sebelum subuh.
Sesampainya di terminal aku mencoba menelpon temanku Ardi, sayangnya tidak ada jawaban. Mungkin saja kondisinya yang lemah tidak memungkinkan untuknya untuk mengangkat teleponku.

Untung saja sebelumnya Ardi sudah memberi ancer-ancer kendaraan umum yang harus kunaiki untuk menuju rumah sakit tempatnya di rawat.
“Mas… lewat rumah sakit kan?” Tanyaku pada salah seorang supir angkot yang ngetem di terminal.

“Rumah sakit mana mas?” Supir itu berbalik bertanya kepadaku.
Aku kembali mencoba membuka pesan yang dikirimkan oleh Ardi , namun yang tertulis hanya arah ke rumah sakitnya saja , sepertinya dia lupa menuliskan nama rumah sakit tempatnya dirawat.

“Pokoknya rumah sakit yang di lewatin angkutan umum ini mas, nanti saya kasi tau kalau sudah sampe” Jawabku dengan percaya diri.
Setelah penuh, mobil angkutan umum yang sedari tadi ngetem berangkat meninggalkan terminal.

Aku memperhatikan satu persatu bangunan di jalan yang dilewati agar tujuanku tidak terlewat sampai akhirnya aku melihat sebuah rumah sakit yang cukup besar dari kejauhan.
“Mas mas… stop sini mas?” Ucapku menghentikan angkutan umum yang kunaiki.

“Lha mas… tenanan ning kene?” (lha mas.. beneran di sini?) Tanya supir angkutan umum itu, namun aku tidak mengerti maksudnya.
“Maaf mas, saya orang Bandung.. tidak mengerti bahasa jawa, ini ongkosnya mas.. nuhun”

Balasku sambl segera meninggalkan akutan umum itu dengan membawa semua bawaanku.
Aku berjalan sedikit hingga tepat berada di sebuah bangunan rumah sakit yang cukup kuno.
“ Payah si Ardi.. kenapa ga pilih rumah sakit yang bagusan“Pikirku

Suasana sepi sangat terasa di luar rumah sakit, terlihat dari jauh penerangan di bangunan itu sangat tidak memadai. Sebenarnya aku ragu untuk masuk, namun karena sudah terlanjur sampai ke sini aku memutuskan untuk melanjutkan.

Lorong rumah sakit terlihat begitu sepi, seperti tidak ada pasien atau petugas. Langkah kakiku terhenti di hadapan meja resepsionis yang cukup tinggi.
“Punten!! Permisi!” teriaku mencari petugas yang seharusnya berada di sana.
“Permisi!”

Berkali-kali aku berteriak, namun tidak ada seorangpun yang menghampiriku.
Aku menunggu sambil memperhatikan sekitar , perlahan aku tersadar.. tidak ada satupun lampu di ruangan ini yang menyala. Semua penerangan berasal dari lampu luar yang masuk melalui jendela.

Seketika aku merasa ada yang tidak wajar, udara dingin mulai merasuk ke tubuhku dan membuat bulu kuduku merinding.
Segera aku mengangkat barang-barang bawaanku dan bersiap untuk meninggalkan tempat ini.
“Selamat malam mas… ada yang bisa saya bantu?”

Belum sempat melangkah, muncul seorang perawat rumah sakit berdiri tepat di belakangku saat aku menoleh.
“Eh… I iya suster, saya mau menjenguk teman saya “ Ucapku padanya.
Suster itu berjalan ke belakang meja seolah siap melayaniku.

“Nama temanya siapa ? Biar saya cek” Tanya suster itu.
“Ardi… nama teman saya Ardi sus” Ucapku.
“Tidak ada yang namanya Ardi yang dirawat disini mas… mohon maaf” Jawabnya tanpa mencoba mengecek berkas apapun.

“Lha.. ga mungkin sus, dia bilang ke saya dia dirawat di sini” Protesku yang merasa kecewa pada pelayanan suster itu. ia bahkan tidak memastikan namanya di berkas rumah sakit itu.
“Tidak ada pasien yang namanya Ardi” Jawab suster itu sekali lagi dengan mukanya yang jutek.

“Ini lho sus Ardi yang ini” aku memaksa suster itu melihat foto Ardi yang terdapat di hanphoneku.
Suster itu hanya melihat dan masih kukuh dengan yang ia sampaikan.
“O… Mas Ardi yang itu! dia di rawat di ruangan melati mas.. ayo saya antar”

Tiba-tiba salah seorang suster muncul dari belakangku. Suster yang satu ini terlihat lebih ramah.
Kami berjalan menuju ruangan melati dengan melewati lorong rumah sakit yang lebih gelap dengan meninggalkan suster jutek itu yang masih memusatkan tatapanya kepadaku.

“Sus… mati lampu ya? Kok gelap-gelapan begini” Tanyaku yang bingung dengan minimnya lampu yang menyala di rumah sakit ini.
“Iya mas.. efisiensi” Jawabnya
Dari lorong rumah sakit aku melihat beberapa kamar yang terbuka.

Walaupun dari luar terlihat sepi , tapi ternyata di kamar-kamarnya terdapat banyak pasien yang menurutku cukup aneh.

Salah satu yang menarik perhatianku adalah pasien wanita kurus berambut panjang, bukanya tidur di ranjang pasien ia malah merayap di lantai dengan rambut panjangnya yang acak-acakan dan baju pasien yang telah terkena noda darah.

Ketika matanya melirik ke arahku , aku segera mempercepat langkahku agar tidak terlihat sedang memperhatikanya.
Tidak hanya itu, lain dengar kamar sebelumnya yang sepi kamar berikutnya tertutup namun terdengar suara ramai seperti pintu yang tertubruk berkali-kali..

Sekilas dari celah kaca ruangan tersebut terlihat pasien tu melompat-lompat menubrukan dirinya ke pintu.
“Nah… disini mas ruangan melati, Temen masnya dirawat di sana.. saya lanjut dulu ya” Ucap perawat itu yang segera meninggalkanku.

“Permisi…” ucapku sambil membuka pintu ruangan itu, namun tidak ada seorangpun di sana.. hanya dua buah kasur pasien tanpa ada yang meniduri.
“Sus… kok kosong ya ruanganya?” Tanyaku pada perawat tadi yang ternyata sudah tidak terlihat dari pandanganku.

Aku mencoba masuk ke ruangan itu dan mencari tahu.
“Ardi!!! Ardi!” aku memanggil temanku yang menurut informasi itu ada di sana.
Cklek… Suara pintu dari kamar mandi terbuka , dan dari sana terlihat sesosok manusia yang mirip dengan yang kutunjukan pada perawat di depan tadi.

Bersambung…..