Scroll Untuk Membaca Artikel

Dimensi

Tiga Malam Di Rumah Sakit Part 2

205
×

Tiga Malam Di Rumah Sakit Part 2

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi tiga malam di rumah sakit. Foto : Instagram @horor_indonesia_seram

Zona Sulawesi – Hai sahabat zoners kembali lagi dengan cerita horor yang kami sajikan untuk menemani malam kalian, cerita horor ini merupakan sambungan dari seorang lelaki yang menjenguk sahabatnya bernama Ardi di rumah sakit yang ternyata tidak lagi di pakai untuk perawatan pasien dan menjadi sarang setan, silahkan baca cerita horor selengkapnya.

“Eh.. bener dirawat disini kamu , kirain aku nyasar” Ucapku yang sudah merasa lega melihat temanku berada di sana.
“Iya… gimana perjalanan? Lancar?” Tanyanya sambil kembali ke ranjang.
“Lancar… kamu gimana? Udah baikan?” jawabku sambil menanyakan kedaanya juga.
.
“Sudah lumayan.. terima kasih sudah jauh-jauh ke sini” Jawab Ardi.
“Santai aja, maaf baru bisa jenguk.. Itu , kasur sebelah.. ada yang nempatin ga?” Tanyaku yang berharap bisa menumpang tidur di kasur sebelah.

“ada, biasa pasiennya baru kembali ke kamar nanti malam” Jawabnya dengan suara yang semakin lemas
“Ya sudah kamu istirahat.. aku numpang gelar tikar di sini ya!”
Ardi hanya membalas dengan mengangguk.

Melihat Ardi dengan wajah yang pucat, aku tidak lagi mengganggunya. Segera aku membereskan barang-barangku dan bersiap untuk istirahat juga.
Tepat di sebelah kasur Ardi,

aku menggelar Tikar yang berbatasan langsung berbatasan dengan gorden yang menjadi pembatas dengan kasur sebelah. Tak lama setelahnya rasa lelahku membuatku semakin mudah untuk tertidur.

Sayup-sayup terdengar langkah kaki dari luar ruangan, suara pintu dibuka menyusul setelahnya. Aku tetap nyaman dengan tidurku dan berfikir itu adalah pasien sebelah yang sudah kembali.
Dan benar, suara kasur yang diisi oleh seseorang terdengar di sebelahku.

“khkhhihikhi…. Kkhhahkhkhka”
Ketika hari semakin malam tidurku terganggu dengan suara dari kasur sebelah yang terdengar serak.
“Khahhaha khahehehakkk”
Suara itu terdengar makin sering dengan diselingi tawa – tawa kecil.

Aku yang merasa terganggu segera memaksa untuk membuka mata dan memeriksa asal suara itu. Sayangnya hal itu membuatku segera menyesal.
Tepat di hadapanku, di kolong kasur Ardi ..

Sesosok makhluk terbungkus kain kafan dengan gumpalan kapas yang menutup hidungnya menatap kearahku dengan kulit yang sudah membusuk.
“ P… Pocong… Ardi !! Pocong! “ Ucapku yang segera berdiri menghampiri Ardi,namun sekali lagi Ardi tidak terlihat di tempat tidurnya.

 

Aku yang panik segera mencari keberadaan Ardi dengan menyibakan gorden pasien sebelah, namun bukan Ardi yang kutemukan . Melainkan sesosok makhluk kerdil meringkuk dengan bisul di seluruh tubuhnya sedang mengunyah sesuatu yang berbentuk seperti ayam hidup dengan darah yang berceceran.
“To.. tolong! Ardi !” Teriaku yang bersiap berlari keluar namun tertahan oleh suara ari belakangku.

“Apaan… masih ngantuk nih” Tiba tiba suara Ardi terdengar tepat di tempat tidurnya yang sebelumnya kosong.

“Lha.. tadi kamu ke mana? Itu ada pocong di kolong…!! Ada setan di kasur sebelah” Teriaku masih panik..
“Pocong mana? Ga ada tuh”Balas Ardi yang segera mengecek kolong kasurnya dan memang tidak ada apa-apa di sana.

“Mimpi kali? Udah tidur lagi.. ngantuk nih” Jawab Ardi yang segera kembali tidur.
Sekali lagi aku mengecek kasur sebelah, dan memang tidak ada apapun disana.
Dengan jantung yang masih berdegup aku memaksakan diri untuk tertidur lagi.

Pagi mulai datang, matahari masuk melalui jendela menerangi seluruh ruangan. Namun sepertinya aku bangun kesiangan.
Ardi tidak ada di kasurnya, mungkin saja ia sedang jadwal chek-up atau melakukan pemeriksaan.

Setelah menunggu cukup lama, aku memutuskan meninggalkan Ardi untuk mencari makan di luar. Berbeda dengan semalam, rupanya rumah sakit ini cukup terang di siang hari.

Namun tetap saja sepi, mungkin memang tenaga medis di sini banyak diperbantukan di rumah sakit lain yang sedang membutuhkan bantuan tenaga untuk menanggulangi pandemi.
Kota Pati memang cukup kecil , aku berkelilig menghabiskan waktu sebelum berencana kembali ke rumah sakit.

Cukup lama waktu kuhabiskan untuk menemukan kuliner favorit di kota ini yang bernama Nasi gandul. Rasanya lumayan puas ketika aku berhasil menemukanya.
Tanpa terasa, Adzan maghrib terdengar dari masjid agung di sebelah barat alun-alun Pati.

Aku mampir sebentar ke sebuah warung di dekat sana memesan nasi bungkus untuk dimakan malam nanti di rumah sakit.
Mobil angkutan umum berwarna biru menurunkanku lagi tepat di depan rumah sakit. Kali ini aku tidak canggung.

Aku berjalan melalui lorong yang gelap seperti semalam dan memasuki ruang melati tempat Ardi di rawat tapi Ardi belum juga terlihat di tempat tidurnya.
Sambil menunggu, aku menghabiskan makanan yang ku bawa dan membersihkan diri di kamar mandi pasien.

Baru saja masuk beberapa menit, suara ketukan pintu terdengar dari luar.
“Ardi ya? Iya sebentar…” Jawabku.
Sekali lagi suara ketukan terdengar, kali ini lebih keras.

“Iya sabaarr…!” merasa tidak nyaman , aku segera mengeringkan badanku memakai baju dan membuka pintu kamar mandi namun tidak ada siapapun di kamar itu.
Aku mencari ke seluruh sudut ruangan, tidak ada tanda-tanda ada orang yang berada di sini Ardi pun tidak.

Berjam-jam aku menunggu hingga larut malam dan tanpa sadar mulai tertidur.
Terdengar suara cukup ribut dari luar membuka pintu seperti mengantarkan seseorang. Setelah mereka pergi aku mencoba duduk melirik ke kasur dan kulihat Ardi sudah tertidur di kasurnya.

Melihat hal itu aku segera meneruskan tidurku.
Tok.. tok.. tok…
Suara ketukan keras kembali mengganggu tidurku, kali ini berasal dari luar. Aku tidak menghiraukanya dan kembali tidur , namun ketukan itu terdengar semakin keras dengan tawa anak kecil setelahnya.

Aku memaksa untuk terbangun dan membuka pintu dan lagi… tidak ada orang di luar, namun sekelebat terlihat sosok bayangan anak kecil yang bersembunyi.
Pintu kututup dan bersiap kembali tidur , tapi sekali lagi suara ketukan keras terdengar dari luar.

Aku mulai kesal dan segera berlari membuka pintu. Terlihat osok anak kecil berlari menuju lorong seolah meledek.
Aku berlari kecil untuk mengejar namun sosok mereka menghilang tepat di depan kamar di lorong yang gelap. Suara seperti besi dimainkan terdengar dari dalam sana.

Aku mencoba mendekat dan memeriksa, Namun yang terlihat membuatku terjatuh tanpa dapat berkata apa-apa.
Pasien yang kulihat saat menuju ke kamar Ardi kini merayap terbalik di langit-langit kamar itu dengan lidah panjang yang menjulur ke bawah

Menyadari keberadaanku , makhluk itu merayap turun dan segera mengejarku. Di tengah gelapnya lorong malam itu aku menguatkan kakiku untuk berlari kembali ke kamar.

Samar samar suara langkah kaki dan tangan mencoba mengikuti dari belakang , suara cekikikan anak kecil terdengar sepanjang lorong menuju kamar Ardi.
Sesampainya dikamar aku segera menutup pintu rapat-rapat.

Melihat Ardi yang masih tertidur aku memutuskan untuk tidak membangunkanya dan mengambil sarungku untuk menutupi tubuhku sepenuhnya.

“Masnya bukan orang sini ya?” Tanya pemilik warung sambil menyiapkan pesananku.
“Bukan bu.. saya dari Bandung” Jawabku.

“Wah.. Jauh ya , nginep di mana?” ibu itu menyerahkan sepiring nasi sayur pesananku bersama segelas kopi yang menjadi syarat wajib untuk memulai pagiku.
“Itu di rumah sakit bu, sambil nemenin temen saya yang dirawat di sana” Jawabku lagi.
Ibu itu terlihat bingung.

“bukanya rumah sakit itu udah di tutup? Memangnya masih beroperasi? “ Dengan raut mukanya yang penasaran Ia mengambil posisi duduk di depanku.
“ Masih bu.. lha itu temenku dirawat di sana” Jelasku padanya.
Ibu itu hanya mengangguk.

“Saya juga bingung, katanya rumah sakitnya udah ditutup tapi beberapa hari lalu juga ada ibu-ibu yang dirawat dan melahirkan di sana , ada ambulance dan mobil juga yang nungguin” Cerita ibu itu.

“Nah… berarti belum ditutup, tapi emang sepi saja..” Jawabku menutup perbincangan itu.
Hari ini jadwalku untuk mencari oleh-oleh sebelum besok kembali pulang ke bandung,

sekalian saja aku berkeliling mencari spot-spot foto untuk kenang-kenangan hingga tanpa sadar hari sudah mulai malam.
“Ardi.. besok aku pamit ya. Udah cukup kan aku nemenin kamu tiga hari di sini” Ucapku pada Ardi yang masih dengan posisi tidurnya.

“Iya… terima kasih ya, malam ini tidur yang nyenyak biar di jalan ga kecapean” Balasnya.
“Tenang… tapi habis aku pulang, ada yang nungguin kamu lagi ga?” Tanyaku.
“Banyak.. santai aja,banyak yang nunggu di sini” Jawabnya.

“ya sudah aku istirahat , aku juga mau tidur”Ucapku sambil menyiapkan sarungku.
Sebelum sempat tertidur , Ardi mengubah posisinya dan melongokan kepalanya ke arahku yang tidur di bawah.
“Malam ini jangan keluar kamar ya.. apapu yang terjadi jangan keluar” Ucap Ardi.

“Emang kenapa?” Tanyaku penasaran. Namun Ardi tidak menjawab dan segera tertidur.
Aku tidak mempedulikan lebih jauh, toh tidak mungkinn juga aku keluar malam-malam. Segera aku menarik sarungku dan tidur.
Duk… Duk.. Dukk…

Seperti suara dinding yang dipukul , terdengar suara dari luar kamar. Aku yang masih terlelap dalam tidur merasa terganggu sekali lagi.
Dukk.. dukk…
Kali ini suara itu terdengar menabrak pintu. Aku mencoba mengecek, namun segera teringat perkataan Ardi untuk tidak keluar.

Dari celah kaca pintu , aku mengintip apa yang terjadi di luar namun tidak begitu jelas. Hanya terlihat diluar begitu ramai.
Saat aku mendekatkan wajah ke pintu, suara pintu yang tertabrak sesuatu terdengar sekali lagi.

Aku khawatir itu adalah suara seseorang yang butuh bantuan. Spontan aku membuka pintu itu dan benar… Lorong rumah sakit itu saat ini dalam kondisi ramai. Bukan Ramai oleh sosok manusia, melainkan puluhan pocong yang tersebar sepanjang lorong.

Aku khawatir itu adalah suara seseorang yang butuh bantuan. Spontan aku membuka pintu itu dan benar… Lorong rumah sakit itu saat ini dalam kondisi ramai. Bukan Ramai oleh sosok manusia, melainkan puluhan pocong yang tersebar sepanjang lorong .

Sekali lagi aku merasa panik Namun dari tiba-tiba Ardi muncul berdiri di belakangku.
“Udah dibilangin jangan keluar” Ucap Ardi dengan yang segera menutup pintu dan kembali ke kasurnya seolah terbiasa dengan hal itu.

 

Aku tak mampu berkata-kata , terlalu banyak pertanyaan di kepalaku sehingga entah tidak tahu mana yang harus ku tanyakan hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidur menyusul Ardi.

Pagi mulai datang, seperti biasa Ardi sudah tidak ada di kasurnya.

Namun karena sudah berpamitan semalam, aku segera membereskan barangku dan meninggalkan rumah sakit ini. sama seperti sebelumnya tiap pagi rumah sakit ini selalu sepi seolah tidak ada siapapun di sana. Tapi… sepertinya tidak begitu..

Walaupun terasa sepi, rupanya dari luar masih terlihat beberapa pasien yang memandangku dari jendela-jendela kamar rumah sakit itu.

“Mas.. mau ke bandung? Ada acara apa jauh-jauh sampai pati?” Tanya beberapa pelanggan warung membuka obrolan.

“Jenguk temen mas, di Rumah Sakit T” Jawabku.
“RSK. T? Rumah sakit itu kan sudah tutup .. udah ga ada orang lho di sana?” salah satu pria tidak percaya dengan ceritaku.

“Ga mungkin.. orang teman saya dirawat di sana, saya aja nginep tiga hari di sana” Jawabku membantah penyataan mereka.

“Walah… Telung dino? Nganti turu telung dino ning kono?” (walah , tiga hari.. sampai tidur tiga hari di sana?)

Seseorang membalas jawabanku dengan bahasa jawa yang tidak kumengerti.
“Sampeyan tidur tiga hari di sana?” salah seorang lain menjelaskanya kepadaku.
“ Hah.. I Iya mas” dengan banyaknya orang yang heran , aku mulai merasa ada yang aneh.

“Iki lho mas.. coba baca beritanya. Rumah Sakit T itu sudah ditutup dari lama, bangunanya aja sudah seperti tidak terurus”
Aku mencoba membaca berita yang di sodorkan kepadaku. Samar-samar aku teringat kejadian setiap malam yang terjadi saat menginap di sana.
Drrrrrt….

Suara Handphoneku berbunyi , Terlihat nama temanku Ardi terpampang disana. Aku segera mengangkatnya dan terdengar suara Ardi dari dalam telepon.
“Bro… gimana? Ga jadi ke pati kan? Sori aku lupa ngabarin , kemari aku sudah keluar dari RSU , takutnya kamu udah keburu ke sini….”

(Selesai)