Scroll Untuk Membaca Artikel
banner 970x250
DaerahZONA KriminalZONA Parigi MoutongZONA Sulawesi Tengah

Diduga Warga Binaan Lapas Kelas III Parigi Tidak Diperlakukan Secara Manusiawi Berhujung Ricuh

140
×

Diduga Warga Binaan Lapas Kelas III Parigi Tidak Diperlakukan Secara Manusiawi Berhujung Ricuh

Sebarkan artikel ini
Sejumlah aparat kepolisian sedang berjaga-jaga di Lapas Kelas III Parigi. Foto : Tim Serikat Pewarta Progresif

 

Parigi Moutong, ZonaSulawesi.id – Diduga warga binaan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas III Parigi Moutong (Parimo) tidak diperlakukan secara manusiawi oleh oknum pegawai lapas hingga akhirnya berhujung ricuh.

Puncak kericuhan itu terjadi tepatnya pada Kamis (07/10/2021), sekira pukul 16.00 Wita, lantaran warga binaan mengaku tidak diperlakukan layaknya manusia.

Hal itu berawal dari penggeledahan handphone kepada warga binaan. Bahkan, keributan itu diduga berujung penganiayaan terhadap warga binaan oleh oknum pegawai lapas.

Salah satu warga binaan, Muhammad Rizal, yang dimintai keterangan oleh sejumlah media menceritakan, ada lima warga binaan diperlakukan tidak manusiawi lantaran kedapatan menyimpan handphone ketika dilakukan penggeledahan petugas Lapas Kelas III Parigi. Dengan nada sedih Muhammad Rizal berujar, sebagai warga binaan mereka meminta keadilan dan ingin dibina secara baik, mengingat persoalan ini hanya masalah sepeleh saja. Namun, sanksi yang diberikan sudah tidak sesuai prosedur.

“Tidak ada profokator di dalam, kejadian ini spontanitas karena hanya persoalan sepeleh, ada lima teman kami dianiaya hanya karena ditemukannya handphone saat penggeledahan dan kami mau dibina bukan disiksa, karena kami bukan binatang. Adapun kesalahan kami dengan teman-teman harus dilakukan pembinaan bukan langsung main pukul,”ucap Muhammad Rizal.

Rizal melanjutakan, dirinya merasa aneh saat pegawai Lapas Kelas III Parigi melakukan tindak kekerasan hanya karena persoalan sepeleh.

“Contohnya ada lima teman kami yang dipukul, padahal masih banyak hukuman lain yang harus diterapkan seperti menyapu lapangan dan banyak hukuman lain dalah bentuk binaan,”terangnya.

“Dari dulu kejadian ini kami pendam, ini bukan penjara, ini rumah binaan dan kami dibina dengan baik, andai kami punya tujuan lain dari tadi kami lari dan membongkar tempat ini, tapi kami tidak mau lari kami hanya menuntut keadilan bahkan ada teman kami dikasi makan sepatu,”ungkapnya diukuti dengan bertakbir.

Sementara itu, Kepala Lapas (Kalapas) Kelas III Parigi,  Muhammad Askari Utomo yang dikonfirmasi oleh sejumlah media di teras lapas, ia mengaku mendengarkan tuntutan dari warga binaan dan akan meneruskan kepada pimpinannya, namun pihaknya terlebih dahulu meredam siatuasi tersebut agar terkandali dan kondusif.

“Tentunya tuntutan mereka itu perlu diklarifikasi dari semua arah melalui pemeriksaan dari pimpinan dan kami siap untuk mengklarifikasi,”ujar Muhammad Askari Utomo.

Ia juga menambahkan, satu jam sebelum keributan itu terjadi, pegawai lapas melaksanakan pemeriksaan handphone terhadap warga binaan. Akan tetapi, Kalapas belum mengetahui pasti kejadian yang memicu keributan tersebut.

“Tetapi kami tetap menginginkan situasi ini harus kondusif,”tutupnya.

(TIM SPP/MDL)