Parigi Moutong, Zona Sulawesi – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) mencatat terdapat 37 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Adapun jumlah itu terdiri dari sejumlah kecamatan seperti Kecamatan Sausu 1 kasus, Balinggi 1 kasus, Torue 9 kasus, Sumbersari 5 kasus, Parigi 7 kasus. Kemudian, di Kecamatan Sienjo 1 kasus, Tinombo 8 kasus, Lambunu 1 kasus.
“Untuk kasus DBD di Kabupaten Parigi Moutong ini saya katakan masih batas normal karena belum ada lonjakan DBD. Kami mendapatkan data laporan yang namanya B2, ini laporan 1 kali 24 jam. Laporan dari puskesmas,” kata Sekretaris Dinkes Parimo, Gede Widiadha saat ditemui di ruangannya, Kamis (2/11/2023).
Ia mengatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan terhadap laporan dari puskesmas di berbagai kecamatan dan telah dilakukan upaya pencegahan. Pun penanganan terhadap orang yang terdampak DBD.
“Jadi berdasarkan pemantauan laporan B2 itu belum ada lonjakan kasus yang sangat signifikan. Tapi kalau kasus-kasus di beberapa wilayah di puskesmas itu ada suda dilakukan tindakan kalau itu sudah ditangani di puskesmas,”ujarnya.
Sebab, kata dia, setiap puskesmas di kecamatan telah memiliki tenaga dokter sampai 2 orang. Sebelumnya hanya ada satu dokter di masing-masing puskesmas. Dengan begitu penangan terhadap pasien lebih efisien.
Menurut Gede, kasus DBD terjadi ketika pergantian musim penghujan ke musim kemarau sebaliknya pun begitu. Karena penyakit ini ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegepty yang memiliki habitat di negara beriklim tropis seperti Indonesia.
Selain itu, faktor lingkungan yang kotor juga menimbulkan nyamuk Aedes hidup di sekitaran masyarakat.
Akan tetapi, Gede memastikan bahwa kasus DBD di Kabupaten Parimo tidak mengalami lonjakan secara signifikan.
“Tetapi sekali lagi saya katakan untuk kasus DBD di Kabupaten Parigi Moutong kami sudah tangani dengan bagus,” terangnya.
Setiap puskesmas telah memiliki petugas dalam mencegah DBD. Ia mengungkapkan, sosialisasi terkait penyakit ini sudah diberikan kepada masyarakat. Bahkan, pihaknya telah melakukan upaya seperti menabur abate di sejumlah kecamatan.
“Kalau penanganan normal kami berikan sosialisasi kepada masyaraka. Kalau sekarang kan sudah mulai muncul jentik sehingga kami dalam waktu dekat akan melakukan penanganan. Kadang-kadang kalau ada permintaan penaburan habati dari puskesmas itu kami lakukan juga,” ujar Gede.
Sedangkan untuk alat fogging, ia mengatakan, hanya tersedia di Dinkes Parimo. Alat tersebut dapat digunkana apabila ada permintaan di puskesmas.
“Alat fogging kalau di puskesmas tidak ada kalau cuman ada di dinas. Tapi kalau ada permintaan fogging dari warga atau puskesmas, kita punya tenaga langsung terjun kesana. Itu kan ada ketentuannya pelaksanaan fogging ada aturannya,” tutup Gede.
Baca juga : Toponimi Kecamatan Palasa