Scroll Untuk Membaca Artikel
banner 970x250
ZONA Parigi Moutong

Ini Sejarah Desa Jononunu, Tempat Kerajaan Parigi Dibentuk

1537
×

Ini Sejarah Desa Jononunu, Tempat Kerajaan Parigi Dibentuk

Sebarkan artikel ini
Ini Sejarah Desa Jononunu, Tempat Kerajaan Parigi Dibentuk, foto: istimewa

PARIMO, ZonaSulawesi.id – Desa Jononunu awalnya terkenal dengan nama Ngapa  Bente. Ngapa Bente, merupakan salah satu kawasan adat Suku Pribumi di wilayah Kerajaan Parigi Provinsi Sulawesi Tengah yakni suku Kaili.

Wilayah kawasan adat ini lahir sebelum Kerajaan Lantibu berdiri dan merupakan perpidahan ketiga suku Kaili. Awalnya, pada masa perlawanan terhadap penjajah masyarakat adat suku kaili mendiami wilayah yang terkenal dengan nama Uwesama.

Setelah itu, berpindah ke wilayah Landovani, di wilayah ini masyarakat suku kaili mendiaminya hanya separuh waktu. Kemudian berpindah dan menetap di wilayah Ngapa Bente.

Disitu, masyarakat adat suku Kaili membangun kerajaan dengan Raja (Magau) Bombo Onge ( Raja Mansyur ) atau Raja Parigi yang ke 9.

Di wilayah inilah awalnya kerajaan Parigi terbentuk, bukti peninggalan Benteng Pertahanan dan pekuburan massal yang terletak di kaki Gunung Ngapa. Sampai dengan saat ini, lokasi Pekuburan yang begitu panjang dan Benteng tetap di bersihkan oleh masyarakat Desa Jononunu.

Kala itu, Ngapa Bente memiliki ‘Tomalanggai’ atau orang yang pemberani bernama Timbaluka. Karena terjadi persaingan dengan kerajaan di Lembah Palu, maka terjadilah pertikaian saudara antara Timbaluka dan ‘Tomalanggai’ Lembah Palu yakni Salangga.

Salangga merupakan kakak dari Timbaluka yang diutus untuk menaklukkan ke’Tomalangai’an Timbaluka di Ngapa Bente. Duel berhari-hari antara keduanya akhirnya menimbulkan korban keduanya. Salangga takluk dengan Timbaluka, Timbaluka takluk dengan anjing milik Salangga.

Sejarah Ketiga Cucu Raja Mansyur Dibuang Belanda

Kemudian pada tahun 1901 ketiga cucu kandung dari Raja Mansyur (Magau Bombo Onge) yaitu anak dari Subahana di buang oleh bangsa Belanda karena menentang penjajahan. Ketiganya masing-masing Raja Palava di asingkan ke Semarang (Jawa Tengah), Raja Hili ke pulau Bali dan Raja Rotalibu di pulau Sumatera.

Karena benci penjajahan ketiganya bersomboyan ‘Agina Mabula Fuku Ja Nemo Raparenta Nubula Mata’. Artinya, lebih baik putih tulang asalkan jangan diperintah oleh Bangsa yang bermata putih (Belanda).

Setelah terjadi pembuangan ketiga cucu kandung itu, maka seluruh masyarakat Ngapa Bente ini bergeser sekitar 300 meter kearah Timur yakni kampung Jononunu. Di tempat itu terdapat padang ilalang yang luas dan tumbuh satu pohon beringin yang besar. Padang ilalang dalam bahasa Kaili Tara (Jono) dan pohon  Beringin yang besar (Nunu).

Sehingga kampung tersebut diberi nama Jononunu yang artinya Padang Beringin. Kemudian masyarakat kampung Jononunu sebagian besar pindah kearah timur yang terkenal dengan nama Pelava artinya tempat penghadangan.

Penghadangan dimaksud untuk mencekal sang pemborontak yang bernama Lahadado dari Toli-toli. Tokoh yang melakukan itu terkenal dengan nama Tanda Nguju Pelava. Setelah Pelava menjadi kampung yang saat ini bernama Desa Pelawa. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tanpa Ngapa Bente tidak ada Jononunu. Tanpa Jononunu tidak ada Pelawa.

Pada tahun 1965 Desa Binangga memekarkan diri dari Desa Pelawa dengan kepala Kampung Pertama yaitu Lafonda Lamanje dengan kepala jaga Ladjeko Langgudu. Pada Tahun 2004 Dusun III Jononunu Desa Binangga mengajukan permohonan untuk menjadi Desa Devinitif.

Saat itu nama desa berdasarkan permohonan yakni Desa Ngapa Bente. Namun, oleh pemerintah daerah Kabupaten Parigi Moutong mengembalikan permohonan tersebut karena nama desa harus melalui musyawarah. Pada akhirnya berdasarkan musyawarah nama Bente Ngapa berubah menjadi Desa Jononunu.

Perjuangan pemekaran Desa Jononunu saat itu mendapat persetujuan kepala Desa Binangga Syafrudin Lamanje. Sehingga, perlu diketahui bahwa proses pemekaran Desa Jononunu melalui perjuangan keras para tokoh pemekaran dan bukan merupakan hadiah.

Berikut ini tokoh-tokoh Sejarah pemekaran Desa Jononunu

  1. DUHU S. LATOMPO (Almarhum)
  2. YAMAN W. BADJA (Almarhum)
  3. ABD GANI SUBAHANA (Almarhum)
  4. ISMUN DS. LATOMPO, S.Ag
  5. LAODE, S.Sos, M.Si (Almarhum)
  6. HASAN IBRAHIM (AGAM) (Almarhum)
  7. DARYONO
  8. AMURA Y. SA’ADA
  9. ASMAIN TOMBOLOTUTU
  10. ARMIN A. LAPANUNU
  11. MAS’UD SUDIN (Almarhum)
  12. MUHAJIR (Almarhum)
  13. YASRIN (Almarhum)
  14. SUPARDIN (Almarhum)
  15. ARSELA (Almarhum)
  16. JISMAN A.

Pergerakan yang di pimpin oleh Almarhum Duhu S. Latompo  dan Yaman W. Badja sehingga kami sebut beliau-beliau merupakan sang pejuang Desa Jononunu.

Dengan demikian pada tanggal 21/10/2006 DPRD Kabupten Parigi Moutong telah mengsahkan Dusun Jononunu menjadi Desa devinitif, dengan sebaran dua dusun yakni Dusun I dan II.

Pada Tanggal  12 Februari 2007 Bapak Hikma Lagare dilantik menjadi Plt Kepala Desa Jononunu. Pada tanggal 17 Januari 2008 di lantik Kepala Desa Definitif yaitu Bapak Aharin A. Lapanunu.

Kemudian pada tanggal 20 Januari 2014 telah di lantik Bapak Saharudin HB. Lawasa menjadi Kepala Desa JONONUNU yang ke 3 dari tahun 2014-2018.

Kemudian Tahun 2019-2020 telah di lakukan pelantikan Plt Bapak Aidar Lapato, S.Sos, M. Si sebagai kepala Desa Jononunu yang ke 4. Selanjutnya, pada tahun 2021 Plt Kepala Desa Jononunu yaitu Abdul Aten, SE.

Berikutnya pada tanggal 15 April 2021 di lakukan pelantikan Kepala Desa Jononunu ke-6 yaitu Bapak Moh. Bashar YW. Badja periode 2021 s/d 2029.