Scroll Untuk Membaca Artikel

ZONA Parigi MoutongZONA Sosial Budaya

Masyarakat Suku Lauje di Desa Ulatan Laksanakan Masoro

733
×

Masyarakat Suku Lauje di Desa Ulatan Laksanakan Masoro

Sebarkan artikel ini
Siamani Oge, Tetua Adat Desa Ulatan saat Mongganoy bersama tetua adat Suku Lauje lainnya. Foto : Zona Sulawesi

Parigi Moutong, Zona Sulawesi – Masyarakat Suku Lauje melaksanakan upacara adat Masoro, di Dusun I, Desa Ulatan, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, Kamis (16/6/2022) sejak pukul 20.00-00.00 wita, malam.

Masoro dilaksanakan setahun sekali pasca selesai panen. Tujuan dari ritual itu sebagai bentuk tolak bala dan kesyukuran kepada leluhur To Lauje dan Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kesuburan terhadap tanaman masyarakat Suku Lauje.

Sebelum memulai inti pelaksanaan Momasoro di Desa Ulatan, terlihat para tetua adat terlebih dahulu melingkar sambil merapalkan mantra atau masyarakat Suku Lauje menyebut Mongganoy, hal itu dilakukan untuk mengundang roh leluhur To Lauje.

“Memanggil leluhur agar dunia tetap baik. Juga meminta permohonan kepada Tuhan untuk diberikan keberkahan serta keselamatan,”kata salah satu Tetua Adat Desa Ulatan yang disebut Siamani Oge seusai Momasoro.

Dalam pelaksanaan Momasoro di Desa Ulatan, tetua adat dan masyarakat menyiapkan dua buah perahu.

Baca juga : Masoro Suku Lauje Didorong jadi Warisan Tak Benda 

Perahu tersebut menjadi wadah hasil bumi. Pun ayam putih yang akan menjadi persembahan masyarakat Suku Lauje terhadap Ilah, Tuhan yang diyakini masyarakat Suku Lauje yang telah memberikan kehidupan dan keselamatan.

Hasil bumi masyarakat Suku Lauje pasca panen sebagai persembahan kepada leluhur. Foto : Zona Sulawesi

Menurut Siamani Oge, kedua perahu yang disiapkan itu memiliki dua warna layar yang berbeda. Layar yang bewarna kuning bermakna sang pemimpin dan yang berwarna putih prajuritnya. Kedua perahu tersebut diharapkan dapat mengantarkan sesembahan kepada Ilah.

“Dua perahu itu punya artinya masing-masing, layarnya yang berwarna kuning itu Tosiang (Pemimpin) dan berwarna putih sebagai prajuritnya,”ujar Siamani Oge.

Setelahnya, perahu akan dikelilingi Siamani Oge sambil Mogumbuy dan menghamburkan beras ke perahu. Sementara tetua adat lain membacakan doa di perahu berharap persembahan atas rasa kesyukuran itu dapat diterima dan masyarakat Suku Lauje terhindar dari musibah.

Biasanya dalam proses mengelilingi perahu beberapa tetua adat bahkan masyarakat yang menonton akan kerasukan dan seakan ikut menari-nari.

Ketika prosesi itu selesai, perahu digasal ke pinggir pantai untuk dihanyutkan ke laut.

Saat persembahan dari masyarakat Suku Lauje telah dilepaskan di lautan lepas, maka upacara adat Masoro telah usai.

Sampai saat ini tidak sedikit masyarakat Suku Lauje yang masih mempercayai Momasoro dapat memberikan keselamatan terhadap mereka.Sebab, budaya Momasoro telah ada sejak nenek moyang masyarakat Suku Lauje ada.