Scroll Untuk Membaca Artikel

Dimensi

Menikahi Jin

202
×

Menikahi Jin

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi menikahi jin. Foto : Instagram @horor_indonesia_seram

Zona Sulawesi – Hai sahabat zoners, kali ini kami akan menyajikan sebuah cerita mistis untuk menghibur malam kalian. Kisah ini dikuti dari Instagram @horor_indonesia_seram, silahkan membaca.

Mengikhlaskan dan mengorbankan

Aku Tya, kejadian ini aku alami waktu tahun 2017, kejadian ini ga akan pernah aku lupa karena pertama kalinya aku bersinggungan dan melihat kehidupan lain di bumi selain binatang dan tumbuhan seumur hidupku.

Kisah mengenai nenekku yang semenjak aku lahir, aku belum pernah bertemu dengannya, kenapa begitu? Nanti aku ceritakan, cerita yang betul-betul gak indah sama sekali.

Biar aku jelasin dulu ya dari awal, aku waktu itu dapat tugas dari tempat kerjaku ke kota Semarang. Posisiku waktu itu adalah asistant manager salah satu hotel di Jakarta.

Waktu itu aku diminta jadi perwakilan mengawal sebuah acara besar dari grup hotel kami, jadi grup hotel ini ada di seluruh Indonesia salah satunya ada di Semarang, nah disitu lah acara bakal diselenggarakan.

Jadi, aku dapat tugas yang disitu harus bawa banyak properti pribadi dan milik hotel yang ada di Jakarta. Karena terlalu banyak, aku pikir repot kalo harus naik kendaraan umum. Akhirnya aku putuskan naik mobil pribadi yang aku setir dari Jakarta-Semarang.

Setelah fix dengan rapat dan menyiapkan berbagai hal yang harus dibawa, akhirnya aku berangkat dan sampe di lokasi acara di Semarang itu sore hari, pas banget karena aku bisa punya banyak waktu buat persiapan acara, istirahat, dll, karena besok baru dimulai acaranya.

Singkat cerita, besoknya acara udah berjalan dan ditengah acara waktu kami istirahat, aku bertemu beberapa karyawan dari hotel itu yang juga lagi istirahat, kami ngobrol2 dan ngomongin soal kota Semarang ini.

Sampe pas aku bilang “aku sebetulnya orang sini, tapi aku gak begitu jelas deh kampungku masuknya Semarang apa bukan” disitu langsung ada 1 temanku sebut saja namanya Ryan, dia ini nyautin dan seolah antusias,

“Bukan mbak, itu sudah masuk wilayah * udh jauh dr Semarang, aku orang sana juga loh mbak” kata Ryan.

Obrolan pun waktu itu semakin dalam soal desa itu, sampe aku iseng tanya dengan Ryan, yang pertanyaannya juga kupikir bakal sia-sia, “berarti kamu kenal nenekku ya, namanya nek Sengi, tau ga?”

Dengan ekspresi kaget, Ryan bilang tau soal nek Sengi alias nenekku. Ryan bilang nenekku adalah penjahit, dan juga kesibukannya membantu orang sembuh dari penyakitnya seperti urut, kerikan, melahirkan, dll.

Maka dari itu, Ryan dan keluarganya di kampung kenal nek Sengi, karena nenekku ini orang yang sering diminta bantuannya oleh warga kampung.

Ada terbesit di pikiranku waktu kita ngomongin nek Sengi, aku mau bertemu, aku belum pernah melihat batang hidungnya semenjak aku lahir. Aku Cuma tahu nek Sengi dari cerita bapak dan ibuku.

“Ryan, bagaimana kalo nanti selesai acara ini kita kesana? Itung-itung kamu mau pulang kampung atau liburan kan? Mumpung aku bawa mobil nih” Ajak aku ke Ryan.

“Waduh mbak, aku gabisa kalo besok, aku shift malem, maaf ya mbak” kata Ryan. Yasudah aku pun gak memaksa, aku langsung ambil keputusan buat fix kesana sendirian karena waktu liburku setelah acara itu cuma 2 hari. Aku harus memanfaatkan momen dengan baik.

“Pokoknya disana kamu tanya eyang Sengi rumahnya dimana ya?.Kaerena disana nenekmu dipanggil eyang Sengi, kira-kira perjalanan 4 jam lah kesana, hati-hati mbak” kata Ryan.

Setelah acara, hari itu juga, aku berangkat sendirian menuju desa tempat tinggal nenekku yang ternyata cuma memakan waktu 2 jam lebih perjalanan dari kota Semarang, tanpa aku gak tau lokasi pastinya, alias aku cuma mengandalkan bertanya dengan warga sekitar saja dan sedikit bantuan google maps dan beberapa petunjuk patokan dari Ryan.

Dalam perjalanan aku juga sambil mampir beli beberapa oleh-oleh buat nenekku seperti baju, makanan, dan segala macamnya, beberapa kali juga aku dapat kendala karena akses menuju desa yang terbilang sulit masuk mobil. Tapi ya syukurnya sampai juga.

Setelah mau sampai, aku ditunjukan oleh warga dimana rumah nenekku, pertama kulihat rumahnya asri dan rimbun pepohonan didepannya buat suasana jadi adem banget, padahal aku masih terpaku di dalam mobil.

Ditambah desa ini terletak di pegunungan, jadi udaranya dingin, tapi gak sampai menusuk.

Ada 3 anak kecil yang menyapaku juga di pekarangan depan agak menyamping yang disana ada rumah besar, kayaknya itu anak dari tetangga sebelah rumah nenek. Aku menyapanya balik, sampai ada suara nenek tua bertanya “siapa ya?” Dari ambang pintu sambil menatapku heran.

Aku berdebar, bingung harus menjelaskannya kayak apa karena pasti nenekku ini bingung sekali. Aku turun dari mobil dan memperkenalkan diri, aku lihat dari raut wajah nenekku berkaca dan segera menyuruhku masuk kerumah.

Untuk pertama kalinya aku bertemu nenek kandungku. Segala macam jajanan pasar dan juga suguhan teh manis hangat yang nenekku buat cepat-cepat karena terlalu bersemangat menyambutku.

Saat itu juga kami ngobrol dan nenek menanyakan banyak hal dari mulai akademikku, kisah kasihku, termasuk soal bapak dan ibuku.

Diceritakan juga, aku baru tahu nenek tinggal sendirian, nenek bilang ibuku terlalu sibuk sepertinya jadi nenekku gak begitu mempermasalahkannya kalau gak pernah dateng kesini.

“Nenek pikir ibumu yang datang, tapi nenek pikir gak mungkin, masa iya masih muda banget, kamu mirip banget sama ibumu nduk, cantik” jelas nenekku yang buat aku tersipu.

Setelah ngobrol nenekku menyuruh istirahat dan nenekku juga pamit pergi belanja untuk masak nanti malam. Akhirnya Aku merebahkan badan juga, tapi Ada 1 hal yang buat aku bingung , rumah ini mulai terasa pengap dan hangat padahal diluar udaranya dingin.

Aku buka akhirnya jendela kamar yang kutempati ini, ternyata disana berhadapan langsung dengan tembok besar rumah sebelah, jaraknya dekat tapi tetap bisa buka jendela. Pikirku ini bakal sama saja, ga bakal bisa angin masuk.

Karena gak tahan dengan gerahnya kamar ini, aku keluar kamar niatnya cari angin sekalian lihat-lihat rumah nenek. Aku lihat dirumah ini ada foto, dan 1 foto yang buat aku bingung,

Foto nenekku dengan pakaian pengantin, tapi duduk sendiri tanpa ada pengantin prianya, bahkan disitu aku gak melihat ada foto kakekku. Ya walaupun aku gak tahu wujud kakekku, tapi aku bisa menerka-nerka dari pose foto, ya begitulah intinya.

Malah banyak foto-foto orang yang gak aku kenal, foto ibu dan bapakku juga gak ada disana, sama sekali. Tapi tetap, foto neneknya berpakaian pengantin lah yang paling aneh menurutku.

Setelah nenekku pulang, kami masak sama2 dan setelah itu aku mandi sambil juga menunggu nenekku sholat. Aku gak sholat karena aku non muslim.

Bukan makin segar, aku malah makin kegerahan, yaudahlah aku pakai baju tanktop aja, alias baju buntung tanpa lengan, aku awalnya merasa biasa saja lagi pula Cuma ada nenekku, jadi aku gak malu, tapi,

“Nduk, ganti bajunya yah, maaf, tapi kurang sopan” kata nenekku.

“Maaf nek, aku ngerasa gerah jadi aku pakai baju ini, aku ganti sekarang” jelas aku merasa gak enak.

“Jelas kamu gerah, orang disini ramai, mangankanya ganti, malu loh kamu diliatin” jelas nenekku yang bikin aku bingung juga terkejut.

“Perasaan kita cuma berdua”, kataku dalam hati, ah mungkin nanti mau ada tamu, jadi aku segera ganti baju dan balik lg buat bantu nenek siapin makanan.

Selesai ganti baju, aku siapkan segala makanan ke meja, disitu juga aku bingung nenekku menyiapkan 3 piring yang diletakkan nasi. Sekarang aku berani tanya,

“Buat siapa satunya lagi?” Kataku,
“Buat kakekmu” kata nenek, aku pikir nenekku halu dan mengada-ngada ya namanya orang tua, karena setauku kakek sudah meninggal waktu aku belum lahir. Apa mungkin nenekku menikah lagi? Tapi aku gak berani tanya, pertanyaan itu aku simpan kali ini.

Ditengah makan malam, nenek juga buka pembicaraan “ini loh nduk kakekmu” sambil menunjuk ke bangku kosong tempat piring berisi nasi yang sudah dingin itu disuguhkan.

Aku kaget, dan bingung mau respon seperti apa karena aku memang gak melihat siapapun. Karena aku terlihat heran, nenekku menjabarkan cerita bagaimana kakekku meninggal.

Bersambung…..