Teror Siluman Kalomba
(Cerpen yang dikembangkan dari cerita rakyat etnis Lauje)
Oleh: Aris Arianto
“Danuuuu…!”
Teriakan Dirga menggema dari tepi sungai. Danu tidak mendengar teriakan sahabatnya. Suara Dirga tenggelam oleh debur ombak yang pecah di bibir pantai. Belum lagi, saat itu Danu sedang berlatih gerakan kuntao di atas perahu.
Mereka berdua sepakat berbagi tugas. Dirga bertugas mengambil air di sungai, sementara Danu menjaga perahu. Sambil menunggu sahabatnya, Danu mencoba beberapa jurus yang diajarkan kakeknya. Sesekali terdengar teriakan Danu ketika melancarkan pukulan kosong.
“Danuuuu…!”
Kali ini suara Dirga lebih keras lagi, dan terdengar oleh Danu. Danu segera menghentikan gerakan kontaunya. Hidungnya kembang-kempis. Mulutnya mangap, seperti mulut kodok yang siap menerkam nyamuk. Lamat-lamat dia mendengar teriakan Dirga.
“Sial! Kodok buntung!” sungut Danu. Lelaki yang berperawakan kurus tinggi itu segera melompat dari atas perahu. Sekali hentakan, tubuhnya melayang. Sejurus kemudian, kakinya sudah bertumpuh di atas pasir pantai. Sebentar lagi magrib, garis-garis malam mulai melingkupi sekitarnya. Danu segera menuju sumber suara sahabatnya.
“Woeee…! Dirgaaa!” teriak Danu. Tidak ada jawaban. Danu berdiri di tepi sungai. Pandangannya menyapu area hulu sungai. Namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Dirga.
Danu turun ke pinggir sungai menuju sumur buatan. Sumur sengaja dibuat oleh para nelayan yang hendak melaut itu tertutup rimbunan pohon. Lelaki ceking itu terus berteriak memanggil nama Dirga.
Langkah Danu tiba-tiba terhenti. Aneh, koq ada kambing di sini, pikir Danu bercampur heran. Di hadapannya kini tampak segerombol hewan menyerupai kambing mengelilingi sumur buatan. Danu mendekat, bermaksud mengusir kerumunan hewan itu. Namun, sekelebat mata Danu menangkap tubuh sahabatnya tergeletak menelungkup, terlihat dari celah-celah kaki hewan-hewan itu.
“Kalomba!” teriak Danu dengan suara tertahan. Seakan tidak percaya kalau Dirga tewas dicabik-cabik hewan menyeramkan itu.
Danu sadar, cerita tentang siluman Kalomba bukan isapan jempol belaka. Makhluk tak kasat mata itu kini menampakkan diri. Makhluk berkaki empat mirip seekor kambing, namun memiliki sepasang kaki depan yang lebih pendek dari kaki belakang. Berbulu tebal dan tidak mempunyai tanduk. Posisi kepala menggantung di antara kedua kaki depannya.
Danu waspada! Tidak ada cara lain menyelamatkan diri dari keganasan Kalomba selain menghidar. Tanpa pikir panjang, Danu berbalik arah, melarikan diri. Sayang, dia terlambat. Seekor Kalomba mengendus kehadirannya.
“Grrhh… grrhh….” Suara parau terdengar dari sosok makhuk itu. Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki mengejar Danu. Danu berlari sekencang-kencangnya meninggalkan tempat itu. Saking takutnya, Danu terpaksa meninggalkan jenazah sahabatnya.
“Grrhh… grrhh…. grrhh….” Erangan Kalomba semakin menciutkan nyali Danu. Kali ini, semua kawanan Kalomba turut mengejar Danu. Kalomba pertama tinggal berjarak lima tombak darinya. Hamparan pasir yang tebal memperlambat gerakan kaki Danu. Sekuat tenaganya berlari ke arah pantai untuk menyelamatkan diri.
Akhirnya Danu mencapai bibir pantai. Sekali hentakkan, tubuh Danu melayang ke arah perahu. Dia segera melepas ikatan perahu dan mendayung sekencang-kencangnya. Tiba-tiba terdengar suara kejebur di bagian buritan. Kawanan Kalomba itu terjun ke laut mengejar perahu Danu.
Wajah Danu pucat-pasi karena panik, tetapi ia terus mendayung perahu dengan kecepatan tinggi. Suasana malam semakin mencekam di kawasan pantai. Seiring dengan suara air yang dihempas hebat berbaur dengan erangan Kalomba, membuat bulu kuduk berdiri kaku. Perahu Danu semakin jauh meninggalkan daratan, tetapi makhluk-makluk siluman itu tidak berhenti mengejarnya.
(Selesai)