Scroll Untuk Membaca Artikel

ZONA Parigi Moutong

Toponimi Kecamatan Palasa

2799
×

Toponimi Kecamatan Palasa

Sebarkan artikel ini
Seekor paus balin dengan panjang 15 meter lebih ditemukan terdampar sekitar 1,5 mil dari garis pantai di perairan Desa Dharma, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Foto : Mongabay.

Zona Sulawesi Parigi Moutong merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Orang juga mengenal Kabupaten Parigi Moutong dengan nama Bumi Parigita. Yang memiliki luas wilayah 6.231,85 kilometer persegi.

Sebelumnya, wilayah Parigi Moutong masuk dalam pemerintahan Kabupaten Donggala. Kemudian mekar pada 10 April 2002.

Saat ini, Kabupaten Parigi Moutong punya 23 kecamatan, satu diantaranya adalah Kecamatan Palasa.

Dari Ibu Kota Kabupaten Parigi Mouotong yakni Parigi, Kecamatan Palasa berjarak sekira 200 kilometer. Jika mengikuti arah mata angin, maka Kecamatan Palasa tepat disebelah utara.

Perlu diketahui, sebutan lain Kecamatan Palasa bagi masyarakat tempo dulu (Saat Parigi Moutong masih jadi wilayah Kabupaten Donggala) lebih dikenal dengan Pantai Timur. Barangkali, karena bersebelahan dengan Pantai Barat. Penyebutan untuk sebagian wilayah Kabupaten Donggala.

Nah, biasanya dalam penamaan sebuah tempat atau wilayah tidak terlepas dari sejarah suatu kejadian atau suatu hal yang mengakibatkan terbentuknya wilayah tersebut.

Lalu, timbulah rasa penasaran Mangge sedikit ingin menggulik nama salah satu wilayah di Bumi Parigata ini yang notabene penduduknya di dominasi oleh Suku Lauje.

ASAL MUASAL PENAMAAN PALASA

Ada peribahasa yang bilang begini “Tak Kenal, Maka Tak Sayang”. Sedikitnya, pengenalan Kecamatan Palasa telah tergambarkan di atas.

Lebih lanjut, dalam catatan sejarawan Kecamatan Palasa, Ismail Palabi (1996-1997), berdasarkan cerita rakyat zaman dahulu, semulanya nama Palasa adalah Papontian. Papontian sendiri merupakan nama dari bahasa Lauje yang terdiri dari dua kata yakni “Pa” artinya tempat/pemukiman. Sedangkan “Pontian” bermakna “Puntianak” (Setan Kuntilanak).

Masih dari sumber Ismail Palabi, konon kata masyarakat setempat tempo dulu, sekitar tahun 1809 ada seekor ikan berukuran besar terdampar di tepi pantai Papontian (Kini Desa Palasa Tangki). Tepatnya di Teluk Imboung saat ini poros Jalan Tani, Desa Palasa Tangki. Ikan besar yang terdampar itu diperkirakan berukuran kurang lebih panjang 15 meter, lebar 5 meter, dan tinggi badannya sekitar 3 meter. Ikan ini, dikenal oleh masyarakat setempat Iange Papalasa (bahasa Lauje).

Kemudian masih berdasarkan catatan Ismail Palabi, bahwa salah seorang  peneliti mengungkapkan Iange Papalasa sejenis Ikan Layar.

Saat itu keadaan Iange Papalasa terbujur lemas dan tak bernyawa lagi. Kondisi itu sempat membuat para nelayan merasa heran, karena permukaan air laut tampak berminyak selama 6 bulan lamanya.

Fenomena alam ini sontak mengemparkan warga desa tetangga. Sehingga Iange Papalasa seakan menjadikan ikon nama atau sebutan lain dari wilayah Papontian.

Sesudah itu, disepakatilah perkampungan yang sebelumnya bernama Papontian menjadi sebuah desa yang diberi nama Palasa.

LANTAS, IANGE PAPALASA TERMASUK JENIS IKAN APA ?

Dengan ciri-ciri ikan yang terungkap melalui tulisan Ismail Palabi tersebut, sedikit membuat rasa ingin tau Silangkai bergejolak untuk mencari tau lebih jauh Iange Papalasa jenis ikan atau hewan laut seperti apa sih ?

Seperti disebutkan di atas, Iange Papalasa memiliki ciri-ciri mulut lonjong serta bergergaji. Silangkai kemudian melakukan perjalanan kesejumlah lokasi yang disebut-sebut memiliki jejak Iange Papalasa, hingga menemui pihak yang mengaku masih sempat mendengarkan dan menyaksikan sisa-sisa jejak keberadaan Iange Papalasa.

Salah seorang Warga Desa Eeya, Kecamatan Palasa, bernama Ahaludin mengaku pernah melihat tulang Iange Papalasa dan sempat dijadikan gantungan baju oleh saudaranya yang juga tinggal di desa yg sama.

Sayangnya, saat Silangkai meminta untuk melihat lebih dekat jejak Iange Papalasa, namun jejak tersebut saat ini sudah tidak ada lagi.

Sementara itu, Jalaludin atau Papa Bie (Sapaan Akrab Mangge) menuturkan kepada Silangkai, cerita turun-temurun dari nenenya, tentang Iange Papalasa. Bahwa Iange Papalasa berukuran besar. Minyak yang keluar dari bangkai ikan itu mencemari sebagian perairan laut Desa Palasa Tangki. Bahkan, bau bangkainya menyebar hampir ke seleruh penjuru desa, baik di Desa Palasa Tangki, Palasa Tengah, dan desa tetangga lainnya.

Tidak puas dengan keterangan yang diperoleh, Silangkai mencoba menggali data lewat Om Google, untuk mencari tahu lebih jauh tentang sosok ikan atau hewan laut yang disebut Iange Papalasa ini, berbekal ciri – ciri seperti dari sejumlah sumber diatas.

Sebelumnya diatas, Iange Papalasa disebut seperti ikan layar. Penelusuran mangge di om google, Ikan Layar atau Ikan Marlin dengan nama latin Istiophorus Platypterus adalah jenis ikan yang mampu tumbuh hanya dengan rata-rata panjang 10 kaki. Jika dialihkan ke satuan meter. 10 kaki sama dengan 3 meter 048 centi.

Hal ini, sudah tentu mengarahkan Silangkai, jika Ikan Marlin bukanlah Iange Papalasa. Karena, berdasarkan informasi lain, iange papalasa sendiri memiliki ukuran kurang lebih panjang 15 mete, lebar 5 meter, dan tinggi badannya sekitar 3 meter.

Kemudian, dengan masih dalam bantuan google, Silangkai terus melakukan penelurusan via internet dengan kata kunci hewan atau ikan laut yang berukuran sekitar 15 meter, bertubuh besar, dengan mulut moncong. Ternyata, penelusuran Silangkai diarahkan Om google pada sejumlah jenis paus.

Meskipun demikian, Silangkai tidak berani berspekulasi bahkan mengklaim. Jika Iange Papalasa merupakan salah satu jenis dari paus. Sehingga Iange Papalasa masih jadi Mysteri.  

Terlepas dari persoalan Iange Papalasa, Desa Palasa telah menjadi salah satu desa yang sebelumnya merupakan bagian dari Kecamatan Tomini, Kabupaten Parigi Moutong.

Kemudian, terjadi pemekaran Desa Palasa menjadi dua bagian yaitu Desa Palasa Lambori dan Palasa Tangki. Pemekaran dua desa ini menempat Desa Palasa tepat berada ditengah dua desa yang baru terbentuk tersebut, hal ini pula Mangge menganggap Desa Palasa mulai dikenal dengan sebutan Palasa Tengah.

Lanjut,setelah itu, kembali terjadi pemekaran di wilayah Desa Palasa Tangki, menjadi dua bagian juga yaitu Desa Ogoansam dan Desa Beau. Selain itu, pada Desa Palasa atau Palasa Tengah sendiri, juga kembali terjadi pemekaran yaitu terbentuk satu desa lagi dengan nama Desa Bambasiang.

Sejak Tahun 2008 sampai sekarang, Palasa menjadi nama Kecamatan dengan wilayah pemerintahannya mencakup 11 desa. Yaitu Desa Palasa atau Palasa Tengah, Palasa Lambori, Palasa Tangki, Bambasiang, Ogoansam, Beau, ditambah dengan sejumlah tetangga Desa Palasa (saat belum mekar) yaitu Desa Ulatan, Eeya, Dongkalan, Bobalo, Pebounang.*

Baca juga : Strategi Penyuluh Pertanian Membumikan Pertanian Organik ke Petani