Scroll Untuk Membaca Artikel

ZONA Lauje

Urgensi Kamus Lauje untuk Penulisan Karya-Karya Sastra Berbahasa Lauje

309
×

Urgensi Kamus Lauje untuk Penulisan Karya-Karya Sastra Berbahasa Lauje

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi kamus. Foto : Aris Arianto

Oleh: Aris Arianto

Zona Sulawesi Beberapa tulisan cerpen saya yang berbahasa Lauje mendapat respon positif dari pembaca. Sebagian tulisan yang saya posting melalui media sosial mendapat komentar positif sekaligus keluhan pembaca yang merasa lelah ketika membaca kata dalam rangkaian kalimat yang agak panjang.

Ada tiga hal yang menjadi alasan saya, mengapa pembaca merasa kelelahan dalam membaca tulisan bahasa Lauje. Pertama, pembaca belum terbiasa dengan kata/frasa atau kalimat dalam bahasa lauje yang memiliki pola tidak biasa. Contoh penulisan kalimat “Saya pergi ke pasar.” Dalam bahasa Lauje ditulis berdasarkan dialek, lia’e ma’o pasaroma’. Fungsi penulisan tanda kutip tunggal (‘…’) dalam dialek bahasa Lauje dalam kalimat tersebut tidak dikenal dalam bahasa Indonesia.

Penulisan yang benar adalah tidak menggunakan tanda petik tunggal, contohnya: liae mao pasaroma. Pembaca tidak terbiasa dengan renteran bunyi kalimat tersebut. Alhasil, pembaca diharuskan lebih fokus pada setiap kata yang dibacanya lalu memahami makna yang dikandungnya.

Kedua, penulisan kata/frasa masih ditulis berdasarkan dialek penuturnya. Penulisannya bisa berbeda jika penuturnya berasal dari desa atau kampung yang berbeda. Misalnya pada terjemahan kata “Bulan” biasanya dalam bahasa Lauje ditulis dengan huruf awal yang berbeda, seperti “Fulang” atau “Hulang”. Begitu juga “kepiting” dalam bahasa Lauje ditulis “Hungkang”, “Fungkang”, atau “Vungkang”.

Ketiga, kurang karya-karya sastra yang ditulis dalam bahasa Lauje. Pembaca dari etnis Lauje kesulitan mengakses bahan bacaan berbahasa Lauje sehingga tidak terbiasa membaca kata/frasa dalam kalimat yang lebih panjang.

Merespon hal tersebut, keberadaan kamus berbahasa Lauje menjadi keniscayaan. Kamus Lauje dilengkapi dengan pola penulisan kata tertentu menjadi salah satu solusi yang menjembatani berbagai macam dialek dalam bahasa Lauje.

Saat ini memang sudah ada kamus bahasa Lauje, tetapi hanya memberikan terjemahan kata-kata bahasa Lauje. Penulisannya pun masih mengikuti dialek penutur yang bisa berbeda dalam setiap daerah asal penuturnya.

Penyusunan Kamus Bahasa Lauje tidak sekadar mengumpulkan entri bahasa Lauje, tetapi memberikan penjelasan dan pendefinisian secara leksikal, konseptual dan operasional setiap entri ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam kamus juga terdapat contoh penggunaan setiap entri atau kata untuk memberikan penjelasan makna yang lebih detail.

Jangan sampai terlambat karena saat ini banyak kamus online berupa platform yang menyediakan kamus gratis. Kamus jenis ini tidak dapat dijadikan rujukan karena tidak melalui verifikasi pakar. Penulisan dan terjemahan dari orang per orang akan menimbulkan ketidakseragaman penulisan, bahkan terjemahan bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda dari pembaca.

Salah satu contoh platform kamus online adalah https://id.glosbe.com. Di Platform ini, siapa pun bisa menambahkan kata/frasa dan menerjemahkan sendiri kata/frasa tersebut tanpa ada verifikasi pakar bahasa. Tentu kita tidak ingin kondisi tersebut berkembang lebih jauh.

Urgensi keberadaan Kamus Lauje dewasa ini tidak dipungkiri. Perkembangan teknologi terutama smarphone yang memudahkan penggunanya mengakses berbagai hal, termasuk karya-karya sastra berbahasa daerah khususnya bahasa Lauje. Bahkan saat ini penulis dari etnis Lauje mulai merambah tulisan-tulisan fiksi berbahasa Lauje.

Program pelestarian bahasa Lauje yang saat ini digaungkan oleh pemerintah dapat dimulai dari apa yang saat ini berkembang di masyarakat Lauje. Membuka ruang diskusi yang selebar-lebarnya untuk merespon dan menyatukan berbagai keinginan masyarakat Lauje terkait dengan keseragaman penulisan, terjemahan, dan pendefinisian kata/frasa.

Pemerintah daerah mendorong para akademisi untuk riset dan seminar-seminar yang terkait dengan literasi bahasa Lauje. Tumbuhkan sikap positif masyarakat Lauje dengan mengapresiasi karya-karya sastra mereka. Dari sini muncul rasa bangga sebagai penutur bahasa Lauje yang bermuara pada sikap positif pada bahasa Lauje. Pada akhirnya masyarakat pun memiliki ketertarikan dengan membaca karya-karya tulis berbahasa Lauje.

Salam literasi Lauje.

Baca juga : NEPESE NGISI