Scroll Untuk Membaca Artikel

ZONA Nasional

Fokus Jejaring Desa Asean untuk Pembangunan Sektor Pariwisata dan Digitalisasi

250
×

Fokus Jejaring Desa Asean untuk Pembangunan Sektor Pariwisata dan Digitalisasi

Sebarkan artikel ini
Direktur Advokasi dan Kerja Sama Desa dan Perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Muhammad Fachri, (kiri). Foto : (Humas Kemendesa PDTT)

Jakarta, Zona Sulawesi Indonesia bertekad membentuk Jejaring Desa ASEAN sebagai wadah kerja sama desa negara-negara anggota untuk berkontribusi dan memperoleh manfaat langsung dari pembangunan di kawasan.

Pembentukan jejaring desa itu rencananya akan dilakukan secara resmi oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, sejak Selasa 9 hingga 11 Mei 2023.

“Fokus Jejaring Desa ASEAN adalah kerja sama pembangunan sektor pariwisata, pengembangan produk unggulan, dan digitalisasi pedesaan,” ujar Direktur Advokasi dan Kerja Sama Desa dan Perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), Muhammad Fachri, belum lama ini di Jakarta.

Ia mengatakan, Jejaring Desa ASEAN, diharapkan akan semakin membuka peluang desa di negara-negara anggota untuk mendapatkan manfaat dari kerja sama ASEAN serta mitra lainnya, termasuk sektor swasta.

Pertemuan pertama Jejaring Desa ASEAN diharapkan dapat terlaksana di Indonesia pada pertengahan 2023, di bawah koordinasi Kementerian PDTT.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menyatakan jika kerja sama antar desa di ASEAN perlu didorong. Dengan begitu, desa di negara anggota akan saling bertukar pengetahuan dalam memajukan perekonomian desa.

“Selain dapat dimanfaatkan untuk saling belajar pengalaman terbaik dalam memajukan ekonomi perdesaan, interaksinya diharapkan dapat juga berkontribusi terhadap penguatan identitas sesama anggota ASEAN,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini di Kawasan Asia Tenggara, terdapat sekitar 64 persen populasi yang hidup di pedesaan dengan tingkat kemiskinan 62 persen lebih tinggi dibandingkan populasi yang hidup di perkotaan. Angka ini memperlihatkan bahwa upaya menekankan angka kemiskinan dan percepatan pembangunan di kawasan harus memprioritaskan pembangunan di pedesaan.

Di sisi lain, pedesaan dinilai kurang terberdayakan namun memiliki potensi tinggi dalam mendukung pemulihan dan membangun pilar Epicentrum of Growth di kawasan.*

Baca juga : Dua Mantan Petinggi NasDem Sulteng Putuskan untuk Calonkan Diri Dari Partai Perindo