Scroll Untuk Membaca Artikel
Uncategorized

PPK: Alasan Kontraktor Ganti Spesifikasi Kaca Hanya Mengada-ada

1260
×

PPK: Alasan Kontraktor Ganti Spesifikasi Kaca Hanya Mengada-ada

Sebarkan artikel ini
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Parigi Moutong, Sakti Lasimpala, Foto: ZS

PARIMO, ZonaSulawesi.id – Perdebatan mengenai rencana pergantian spesifikasi kaca pada pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Parigi Moutong kembali mengemuka. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Sakti Lasimpala, menilai alasan yang disampaikan kontraktor pelaksana, Stenly, tidak memiliki dasar teknis yang kuat dan cenderung mengada-ada.

 

Sakti menegaskan, posisinya sebagai PPK tidak bisa mengikuti kehendak sepihak kontraktor karena setiap keputusan menyangkut konsekuensi hukum. Semua kebijakan harus melalui kajian teknis yang dapat dipertanggungjawabkan.

 

“Sebagai PPK, saya punya tanggung jawab besar. Kalau salah ambil keputusan, ada konsekuensi hukum. Keputusan tidak boleh lahir dari opini pribadi, semuanya harus berdasarkan kajian teknis,” tegasnya, Senin (01/12/25).

 

Ia menilai pernyataan Stenly dalam konferensi pers sebelumnya hanya upaya mencari pembenaran dan pansos semata.

 

Menurut Sakti, berbagai alasan yang dilontarkan kontraktor, termasuk klaim perencanaan awal gagal, tidak disertai bukti teknis.

 

“Kalau dia bilang desain awal gagal, harus dibuktikan secara teknis juga. Jangan hanya asumsi,” ujarnya.

 

Sakti memaparkan, keputusan mempertahankan desain awal spesifikasi kaca telah dikaji mendalam oleh konsultan teknis. Seluruh alasan kontraktor telah dianalisis dan tidak terbukti secara teknis.

 

Ia memberi contoh, klaim kontraktor bahwa kaca terlalu berat dan berpotensi jatuh sudah dibantah berdasarkan hitungan teknis.

 

Kaca pada desain awal memiliki berat 81 kilogram dan dipasang menggunakan spider fitting heavy duty (stainless steel 304/316) yang mampu menahan beban tarik dan geser 200–300 kilogram lebih.

 

“Secara teknis, alasan yang dia sampaikan tidak berdasar. Dia hanya cari alasan untuk mengganti,” katanya.

 

Sakti juga menilai usulan penggunaan kaca One Way bersistem bingkai justru memperbesar risiko kerusakan, terutama pada wilayah rawan gempa seperti Parigi Moutong.

 

Perhitungan konsultan menyebut desain bingkai lebih kaku, kurang fleksibel, dan rentan pecah saat terjadi pergerakan struktur. Jika pecah di ketinggian fasad 6,6 meter, dampaknya sangat membahayakan pengunjung di bawah.

 

“Kaca biasa yang pecah bisa jatuh seperti pedang. Ini lebih berbahaya,” jelasnya.

 

Selain itu, kekuatan lentur kaca biasa disebut 4–5 kali lebih lemah dibanding kaca tempered, sehingga risiko pecah akibat tekanan angin kencang semakin tinggi.

 

Sakti menegaskan kritik teknis seharusnya dilengkapi analisis profesional, bukan sekadar opini.

 

“Kalau bicara soal gempa dan keselamatan, harus ada hitungan beban angin dan gempa sesuai SNI, perhitungan struktur, dan rekomendasi insinyur bersertifikat. Jangan modal omongan,” tutupnya.