PARIMO, ZonaSulawesi.id – Korban Penipuan “Makelar Pendidikan” NRL(18) mengaku mendapat teror dari nomor tak dikenal beberapa hari setelah dirinya resmi melaporkan kasus dugaan penipuan ke Polres Parigi Moutong (Parimo) pada tanggal 15 Oktober pekan lalu.
Nomor tersebut mengaku dari pihak kampus Universitas Tadulako dan sempat menanyakan posisi serta identitas korban hingga membuatnya merasa ketakutan.
Saat dikonfirmasi media ini, ketua Himpunan Ilmu Pemerintahan (HIMIP) Fisip Untad, Esa Amirullah, menceritakan, teror itu bermula usai Magrib ketika adiknya menerima pesan dan panggilan dari nomor baru.
“Katanya ada orang nomor baru hubungi dia, tanya nama dan posisinya sekarang di mana,” ujarnya melalui via WhatsApp Kamis, (23/10/25).
Saat itu, sambung Esa, sebagai ketua HIMIP yang sejak awal telah mengawal serta mendampingi korban di kasus ini, meminta korban untuk berhati-hati dan tidak memberitahukan lokasi keberadaannya.
“Saya bilang ke C*** (panggilan korban), jangan kasih tahu di mana sekarang, tapi balas saja seperlunya,” katanya.
Beberapa saat kemudian, penasaran akan penggilan telepon yang mengaku sebagai perwakilan kampus, Dirinya pun meminta agar nomor misterius itu dikirim kepadanya untuk menghubungi langsung nomor tersebut.
“Saya hubungi, tapi tidak diangkat. Saya bilang saya kakaknya C***, lalu tak lama setelah itu orang itu kirim foto dan pesan chat,” ungkapnya.
Dalam isi pesan tersebut, pengirim menyebut bahwa pelaku berinisial A sedang diperiksa oleh polisi dan sudah dinyatakan tidak bersalah.
“Katanya untuk saya sebagai kakaknya, cukup menunggu saja karena A*** sementara diinterogasi dan dinyatakan tidak bersalah,” bacanya dengan bingung.
Merasa ada yang janggal, karena nomor itu mengaku berasal dari pihak kampus, Dirinya pun menanyakan dari kampus mana kepada oknum yang mengatasnamakan sebagai perwakilan kampus itu, namun hingga kini oknum tersebut belum menyebutkan dari kampus apa atau instansi mana.
“Dia bilang dari kampus, tapi setelah saya tanya kampus mana, tidak dijawab sampai sekarang. Makanya mencurigakan,” jelasnya.
Disebutkan pula, korban sudah dua kali mendapat teror dari panggilan telefon yang tidak terdeteksi di kenal. “Dia sampai takut sekali karena dihubungi dua nomor baru itu,” ujarnya.
Sementara itu, akibat teror dari beberapa panggilan misterius, Korban NRL sempat di larikan ke puskesmas terdekat karena mengalami trauma sampai mengganggu kesehatannya.
Menanggapi hal ini, HIMIP menyatakan siap mengawal kasus ini hingga selesai. “Kami sudah berkoordinasi dengan beberapa lembaga. HIMIP siap kawal kasus ini dan akan menyuarakannya lewat media pekan ini,” ujar salah satu perwakilan HIMIP.
Selain itu, HIMIP juga berencana akan menemui Wakil Rektor bidang Akademik untuk meminta kebijakan dan kejelasan dari pihak kampus terkait dugaan intimidasi dan upaya pengaburan informasi yang dialami korban.






